TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mesin pesawat Sriwijaya Air SJ182 diduga masih menyala sampai kemudian pesawat nahas ini terjun ke dasar laut di perairan Kepulauan Seribu, empat menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Supadio Pontianak.
Karenanya, Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) kini terus menginvestigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tersebut.
Ketua KNKT Sorjanto mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan data radar (ADS-B) dari AirNav Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah Barat Laut.
Pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki. Selanjutnya, pesawat tercatat mulai turun dan dari data terakhir pesawat berada pada ketinggian 250 kaki.
Baca juga: Tiga Komponen Penting Ini Selalu Ada di Black Box Pesawat dan Selalu Dicari Saat Terjadi Kecelakaan
“Terekamnya data sampai 250 kaki mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air,” ujar Soerjanto dalam keterangan resminya, Selasa (12/1/2021).
Baca juga: Mereka yang Selamat Meski Namanya Masuk di Manifes dan Mereka yang Jadi Korban karena Pindah Pesawat
Selain itu, lanjut Soerjanto, pihaknya juga mendapat data dari KRI Rigel terkait sebaran wreckage memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300 sampai 400 meter.
“Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air,” kata dia.
Baca juga: Kisah Makmur Ajie, Penyelam Profesional yang Diterjunkan Mencari Korban Sriwijaya Air SJ-182
Sorjanto menambahkan, temuan bagian pesawat yang telah dikumpulkan Basarnas salah satunya adalah bagian mesin, yaitu turbin disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.
“Kerusakan pada fan blade menunjukan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketingguan 250 kaki,” ungkapnya.
Upaya pencarian black box berupa flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) telah menangkap sinyal dari locator beacon.
“Dari sinyal yang diperoleh sudah dilakukan pengukuran dengan triangulasi dan telah ditentukan perkiraan lokasi seluas 90 meter persegi."
Baca juga: Cerita 7 Penumpang Pindahan NAM Air yang Ikut Jadi Korban Sriwijaya Air SJ-182
"Sejak pagi hari tanggal 11 Januari tim penyelam sudah mencari di lokasi yang sudah diperkirakan. Sampai dengan sore hari, black box belum ditemukan dan pencarian masih dilakukan,” ucap dia.
Soerjanto menegaskan, hingga saat ini proses investigasi masih terus berlangsung dan akan melakukan beberapa kegiatan. Misalnya melanjutkan pencarian black box, pengumpulan data pesawat dan awak pesawat, serta melakukan interview dengan pihak terkait.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "KNKT: Kami Duga Mesin Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Masih Hidup Sebelum Membentur Air"