TRIBUNNEWS.COM - Daftar nama korban Sriwijaya Air SJ-182 yang berhasil teridentifikasi bertambah.
Hingga Rabu (13/1/2021) malam, total sudah ada enam korban Sriwijaya Air yang sudah diketahui identitasnya.
Terbaru, ada dua korban telah teridentifikasi.
Dilansir Tribunnews, Karopenmas Polri, Brigjen Rusdi Hartono, mengumumkan dua korban yang baru saja teridentifikasi atas nama Indah Halimah Putri dan Agus Minarni.
Identitas keduanya berhasil diketahui melalui sidik jari.
Baca juga: 2 Korban Sriwijaya Air Pakai Identitas Palsu, Pengamat: Tak Berhak Dapat Asuransi
Baca juga: Esok Area Pencarian CVR Diperkecil dan Area Pencarian Korban Sriwijaya Air SJ 182 Akan Diperluas
"Tim telah rekonsiliasi dan teridentifikasi."
"Atas nama Indah Halimah Putri, kedua Agus Minarni, ini dapat teridentifikasi melalui sidik jari," ujar Rusdi di RS Polri Kramat Jati, Rabu sore.
Dalam manifest penumpang Sriwijaya Air, Indah berada di nomor urut 24.
Sementara Agus berada di nomor urut 52.
Mengutip Tribunnews, Indah diketahui merupakan seorang mahasiswi kelahiran Sungai Pinang, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, 1 Oktober 1994.
Indah tercatat bertempat tinggal di Desa atau Keluragan Sungai Pinang.
Sementara Agus tercatat lahir di Mempawah, Pontianak, Kalimantan Barat, 1 Agustus 1973.
Ia berdomisili di Dusun Sukadamai, Kecamatan Mempawah Ilir, Pontianak.
Diketahui, sudah ada enam korban Sriwijaya Air SJ-182 yang hingga Rabu malam, telah teridentifikasi.
Berikut daftar korban Sriwijaya Air SJ-182 yang teridentifikasi:
Baca juga: Berjibaku Kembalikan Kepercayaan Publik Setelah Musibah Kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182
Baca juga: 4 Keluarga Korban Sriwijaya Air Terima Santunan
1. Okky Bima
2. Fadli Satrianto
3. Khasanah
4. Asy Habul Yamin
5. Indah Halimah Putri
6. Agus Minarni
Dugaan Mesin Sriwijaya Air Masih Hidup saat Jatuh
Pada Senin (11/1/2021), Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, menduga mesin pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih hidup sebelum akhirnya jatuh ke laut.
Dugaan itu berdasarkan fakta dari data radar (ADS-B) milik Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia) dimana dalam ketinggian 250 kaki, pesawat masih mampu mengirim data.
"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data," kata Soerjanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (11/1/2021), sebagaimana diberitakan Kompas.com.
Baca juga: KNKT Keringkan Memori FDR Sriwijaya Air SJ-182 Pakai Oven Khusus Selama 8 Jam
Baca juga: Penumpang Sriwijaya Air SJ 182 Gunakan KTP Orang Lain, Pengacara Sarah Pertanyakan Prosedur Keamanan
Soerjanto juga menduga pesawat tidak meledak di atas permukaan air laut.
Hal ini karena puing-puing pesawat yang ditemukan berukuran lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter.
"Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," jelasnya.
Benarkah dugaan ini? Apa maknanya jika mesin pesawat masih hidup?
Mantan Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Budhi Muliawan Suyitno, memberikan pendapatnya.
Menurut Budhi, apabila benar mesin pesawat masih hidup sesaaat sebelum pesawat menghujam ke laut, diperkirakan ada penyebab lain yang membuat pesawat itu jatuh.
"Jika sesuai keterangan dugaan KNKT engine masih hidup, berarti ada hal lain yang menyebabkan pesawat ini jatuh mendadak," ujar Budhi kepada Tribunnews, Rabu (13/1/2021).
Meski demikian, menurut Budhi, masih terlalu dini untuk menyimpulkan mesin pesawat dalam kondisi hidup sesaat sebelum pesawat jatuh.
"Masih dini kalau menyatakan bahwa engine masih hidup, karena ada kemungkinan Auxiliary Power Unit (APU) mengambil alih," ungkap Budhi.
Budhi yang menjabat Dirjen Perhubungan Udara pada 2007-2009 ini menduga ada hal yang terjadi secara tiba-tiba hingga membuat pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh.
Baca juga: Korban Pesawat Sriwijaya Air Pakai Identitas Orang Lain, Bagaimana Santunannya?
Baca juga: Cerita Tim Penyelam Dislambair TNI AL Saat Menemukan Black Box Sriwijaya Air SJ 182
Sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba itu bahkan mungkin bisa saja tidak disadari oleh pilot.
"Bisa melihat dari flight radar secara kasar ya, kurang dari 1 menit udah nyebur ke laut, pasti ada sesuatu yang tiba-tiba."
"Sehingga, pilot pun tidak sadar apa yang terjadi," tutur Budhi.
Budhi mengatakan biasanya jika pilot sadar adanya kerusakan pada pesawat, sang pilot akan memberikan peringatan kepada penumpang.
Serta, akan mengirimkan sinyal SOS atau Emergency Location Transmitter (ELT).
"Biasanya, pilot kalau sadar ada kerusakan, di cockpit dia akan langsung bilang, hati-hati penumpang, kita siap-siap untuk menyebur ke laut, pendaratan darurat."
"Dia (Pilot) akan mengirimkan sinyal SOS," jelas mantan Menhub di era Presiden Gus Dur ini.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ini memang tidak mengirim sinyal marabahaya saat hilang kontak.
Budhi menyampaikan pasti ada satu hal yang membuat sang pilot sampai tidak bisa memberikan sinyal ELT itu.
"Ini pilot tidak sempat sama sekali, kejadiannya begitu cepat,"
"Pasti ada sesuatu, dugaannya bisa cuaca atau bisa yang lainnya," ujarnya.
Budi meminta publik untuk tetap menunggu penjelasan resmi KNKT setelah nantinya dilakukan investigasi terhadap black box yang saat ini telah ditemukan.
"Dalam kondisi seperti ini, kita masih perlu konfirmasi kan black box sudah ketemu, ke arah mana semua investigasi ini," pungkas Budhi.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mesin Sriwijaya SJ 182 Diduga Tak Mati Sebelum Jatuh, Mantan Menhub: Ada Sesuatu Terjadi Tiba-tiba
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Daryono/Bima Putra/Danang Triatmojo)