News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Keluarga Siap Hadiri Pengadilan Militer Hambali, Kondisinya Mulai Sakit-sakitan

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hambali alias Riduan Isamuddin alias Encep Nurjaman.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga Encep Nurjaman atau Hambali (57) di Cianjur, Jawa Barat belum menerima kabar secara resmi terkait akan segera digelarnya persidangan militer. Kendati baru mendengar kabar, pihak keluarga berharap persidangan itu segera berlangsung.

Sebab, pihak keluarga telah menanti selama 18 tahun dan hingga saat ini belum menerima kejelasan bagaimana nasib Hambali yang ditahan di Guantanamo.

Adik kandung Hambali, Kankan Abdulkodir (41) mengatakan ia baru mengetahui akan adanya persidangan militer terhadap kakaknya tersebut.

"Belum ada kabar, biasanya kalau ada informasi penting wartawan dari Malaysia atau tim pengacara kuasa hukum dari Inggris selalu memberi kabar," ujar Kankan saat ditemui di rumahnya kemarin.

Kankan mengatakan, jika pengadilan militer terhadap kakaknya akan segera digelar maka itu menjadi harapan keluarga selama ini.

"Kami sudah menanti lama, jika persidangan digelar mungkin akan ada kejelasan terhadap kakak saya," ujarnya.

Kankan mengatakan, selama ini pihak keluarga selalu difasilitasi oleh ICRC untuk berkomunikasi dengan Hambali.

Namun pihak ICRC membatasi jumlah keluarga maksimal sebanyak lima orang. Setiap tiga bulan, lima orang keluarga dari Cianjur bergantian ke Jakarta untuk berkomunikasi dengan Hambali di Guantanamo yang difasilitasi ICRC melalui video.

"Dalam percakapan juga kami hanya bertanya keseharian dari Hambali dan tak bertanya permasalahan hukumnya. Tentu semua keluarga bergantian untuk bersilaturahmi lewat video tersebut," katanya.

Baca juga: Hambali WNI Tersangka Terorisme yang Ditahan di Guantanamo, Mulai Sakit-sakitan Menjelang Pengadilan

Kankan mengatakan, terakhir lima orang keluarga dari Cianjur berangkat ke Jakarta untuk berkomunikasi dengan Hambali pada bulan Desember 2020.

"Ada saudara yang ke sana, kebetulan saya sudah pada tiga bulan sebelumnya, jadi kami bergantian berkunjung melalui video dari Jakarta," kata Kankan.

Baca juga: Amerika Akan Sidangkan Hambali Cs Tiga Tersangka Bom Bali yang Ditahan di  Guantánamo

Ia mengatakan, dari video komunikasi terakhir dengan Hambali keluarga mendapati ia dalam kondisi sehat.

"Hanya mengeluh beberapa bagian tubuhnya sudah sering sakit, mungkin karena faktor usia saja," katanya.Beberapa saat kemudian, Kankan mencoba menghubungi tim pengacara kuasa hukumnya kakaknya yang berasal dari Inggris.

Baca juga: Megawati Pernah Tolak Permintaan George W Bush Ekstradisi Baasyir ke Guantanamo

Dari ujung telepon, pengacara yang bernama James Valentine mengirimkan berita yang sama terkait rencana pengadilan militer yang akan segera digelar untuk Hambali.

James Valentine memberi berita kepada Kankan melalui pesan aplikasi WhatsApp sebuah berita dari Washington dalam bahasa Inggris.

"Benar kang saya baru dapat balasan dari James, isi beritanya sama bahwa pengadilan militer akan segera digelar," katanya.

Kankan mengatakan, semua keluarga saat ini mendoakan yang terbaik untuk Hambali
dan mempercayakan sepenuhnya kepada tim kuasa pengacara mengenai
permasalahan hukumnya.

"Kami semua selalu mendoakan yang terbaik di sini, kami juga sudah menanti sangat lama untuk kejelasan status hukum kakak kami," katanya.

Kankan mengatakan, beberapa hari ke depan ia akan kembali menunggu informasi dari
kuasa hukum untuk kakaknya dan dari beberapa wartawan luar negeri yang biasanya
memberikan informasi kepada keluarganya.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat Pentagon mengumumkan hari Kamis (21/1/2021) akan melaksanakan pengadilan militer atas tiga orang yang akan didakwa terlibat dalam serangkaian
serangan bom di Indonesia tahun 2002 dan 2003.

Saat ini tiga orang tersebut berada dalam penahanan militer Amerika Serikat di Kamp militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba.

Mereka yang akan diadili adalah Encep Nurjaman alias Hambali, Mohammad Nazir Bin
Lep and Mohammad Farik Bin Amin. Encep Nurjaman yang dikenal sebagai Hambali,
dituding sebagai salah satu pemimpin Jama'ah Islamiyah, semacam afiliasi Al-Qaeda di
Asia Tenggara.

Saat ini Hambali adalah sipil yang dipandang sebagai kombatan musuh
oleh AS.

Berdasarkan penetapan status sebagai kombatan musuh, Hambali akan menjalani
persidangan militer Amerika atas tuduhan bertanggung jawab dalam beberapa
serangan teroris.

Dalam persidangan nanti, menurut penelusuran dokumen, Hambali
akan mendapat dakwaan tindak persekongkolan, pembunuhan, percobaan
pembunuhan, dengan sengaja menyebabkan luka tubuh yang serius, terorisme,
menyerang warga sipil, menyerang objek sipil, perusakan properti, yang semuanya
melanggar hukum perang.

Peristiwa yang didakwakan adalah dia dan rekan terdakwa merencanakan, membantu
dan bersekongkol dalam suatu tindakan yang mengakibatkan pemboman klub malam di
Bali, Indonesia pada tahun 2002 dan pemboman J.W. Hotel Marriott di Jakarta,
Indonesia pada tahun 2003.

Berikut ringkasan bukti yang digunakan militer Amerika Serikat dalam mendakwa
Hambali sebagai kombatan musuh, sehingga statusnya adalah tawanan perang dan
harus menjalani persidangan mahkamah militer:

1. Hambali dipandang Amerika Serikat sebagai kombatan, ditahan di pangkalan militer
AL AS Teluk Guantanamo, Kuba. Status kombatan berdasarkan pengadilan khusus
yang hasilnya menetapkan Hambali sebagai musuh/kombatan.

2. Kombatan/Musuh menurut Amerika Serikat adalah ‘seseorang yang menjadi bagian
atau mendukung Taliban atau kekuatan Al-Qaeda, atau kekuatan terkait yang terlibat
permusuhan dengan Amerika Serikat atau mitra koalisinya.

Ini termasuk setiap orang yang telah melakukan tindakan perang atau secara langsung mendukung permusuhan dengan membantu kekuatan bersenjata musuh.

Fakta-fakta yang dianggap mendukung keputusan bahwa Hambali adalah kombatan
musuh adalah:

1. Pada 24 Desember 2000, 18 orang tewas dalam pemboman gereja di Indonesia.

Sumber FBI menyatakan sekitar pertengahan tahun 2000, Hambali mengadakan
pertemuan untuk membahas operasi yang menargetkan gereja-gereja di Indonesia dan
operasi di Singapura menargetkan kedutaan Amerika Serikat.

Hambali berargumen bahwa gereja tidak hanya digunakan untuk beribadah, dan bertanggung jawab atas
kerusuhan di Ambon, Indonesia. Sumber tersebut menyatakan Hambali menginginkan
gereja diserang pada malam Natal 2000.

2. Sumber FBI menyatakan Hambali bersembunyi di Pakistan dan Afghanistan sejak
Februari 2001 karena terlibat dalam penyerangan Desember 2000 terhadap gereja-
gereja di Indonesia.

3. Hambali mengawasi rencana pemboman kedutaan besar Amerika Serikat, Australia,
dan Inggris di Singapura. Sumber FBI membahas tentang "plot Singapura".

Menurut sumber tersebut, pada 1999, Hambali memberi sumber FBI sebuah peta dan rekaman
video stasiun MRT Yishan di Singapura, dan meminta sumber tersebut untuk menulis
proposal tentang bagaimana mereka akan melakukan serangan atas tempat tersebut.

4. Pada Mei 1999, ketika sumber FBI ini menyelesaikan proposal, dia menunjukkannya
kepada Hambali di Kuala Lumpur, Malaysia. Hambali menyukai proposal tersebut dan
mengatakan kepada sumber untuk membawa rekaman itu ke Afghanistan.

Hambali menyambungkan sumber FBI ini dengan pejabat tinggi lapangan Al-Qaeda sehingga
sumber FBI ini dapat mengontak orang tersebut saat tiba di Pakistan.

5. Hambali mengorkestrasi dan mendanai serangan simultan bom malam natal tahun
2000 di Indonesia.

Pada 12 Oktober 2002, setidaknya 187 orang tewas terbunuh dan 300 orang luka-luka saat ledakan menghancurkan sebuah klub malam yang dipenuhi ratusan turis di pulau Bali.

6. Seorang sumber dalam Penyelidikan FBI menyatakan kontak terakhir dirinya dengan
Hambali adalah pertengahan Januari 2002 di Thailand.

Sumber FBI itu menyatakan Hambali mendiskusikan pelaksanaan serangan. Rencana Hambali saat itu adalah melaksanakan serangan bom kecil di berbagai bar, kafe, atau klub malam yang banyak
dikunjungi orang Barat di Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Indonesia.

Sumber FBI itu juga menyatakan Hambali mengklaim dirinya memiliki satu ton bahan
peledak di Indonesia.

7. Hambali adalah pemimpin kelompok Mujahidin Malaysia yang agendanya adalah
menggulingkan pemerintahan Malaysia.

Hambali terkait dengan perekrutan organisasi siswa asing di Pakistan bernama al Ghuraba, yang diluncurkan untuk membantu membangun organisasi Jamaah Islamiyah di Pakistan.

8. Hambali adalah komandan operasi Jamaah Islamiyah dan merupakan kontak utama
Al-Qaeda di Asia Tenggara, dan sebuah dokumen yang disita saat penangkapan
Hambali berisi instruksi untuk membuat bom rompi yang biasa digunakan pembom
bunuh diri.

9. Hambali mendapat kesempatan untuk membantah keputusan atas dirinya sebagai
kombatan musuh, dan pengadilan militer mengupayakan kehadiran saksi atau bukti
yang diinginkan Hambali untuk membuktikan bahwa dirinya bukanlah kombatan musuh.
(Tribun Network/fer/kps/wly

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini