News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Alwi Shihab: Pancasila yang Persatukan Semua Komunitas Agama dan Etnis di Indonesia

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Utusan Khusus Presiden RI Untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerjasama Islam (UKP-TTOKI), Alwi Shihab

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia mengakui kesuksesan Indonesia dalam merawat dan merajut hubungan harmonis antar komunitas agama.

Apa rahasianya ?

Utusan Khusus Presiden RI Untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerjasama Islam (UKP-TTOKI), Alwi Shihab menjelaskan rahasia kesuksesan Indonesia itu adalah Pancasila.

“Kesuksesan Indonesia adalah Pancasila yang mempersatukan semua komunitas agama dan etnis yang ada di Indonesia,” ujar Alwi Shihab dalam Seminar Nasional ‘Merajut Kebangsaan dan Keummatan Mewujudkan Indonesia Maju,’ Rabu (10/2/2021).

Baca juga: Usul ke Kemendikbud, BPIP Harap Pancasila Masuk Kurikulum, Asosiasi Guru PPKN Beri Respons

Hal itu menurut Alwi Shihab terungkap ketika dua tahun lalu, lima orang dari tokoh-tokoh Islam dan Kristen diundang untuk memberikan pandangan tentang kesuksesan Indonesia dalam merawat dan merajut hubungan yang begitu harmonis antara komunitas agama di Indonesia.

“Selama dua bulan lima tokoh Islam dan Kristen berkeliling di hampir seluruh kota-kota besar di Eropa di Amerika menjelaskan salah satu sebab kesuksesan Indonesia adalah Pancasila yang mempersatukan semua komunitas agama dan etnis yang ada di Indonesia,” jelasnya.

Namun, dia menyampaikan tantangan ke depan juga tidak mudah dan banyak infiltrasi dari ideologi yang bisa merongrong Pancasila dan keharmonisan komunitas agama di Indonesia.

Baca juga: Mendikbud Nadiem Makarim: Program Sekolah Penggerak untuk Hasilkan Pelajar Pancasila

Alwi Shihab menilai pengalaman di zaman kejayaan islam selama 500 tahun dari 750-1258 patut dijadikan contoh di dalam menghadapi rongrongan ideologi yang bisa mengganggu persatuan dan harmoni di Indonesia.

“Masa ketika para ilmuwan islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan dengan cara menjaga tradisi Islam yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi-inovasi."

"Walau di bidang filsafat ilmuwan Islam relatif dibatasi dalam menerapkan gagasan, pemikiran non Ortodoks, namun tercatat beberapa filosof muslim yang kenamaan yakni Ibnu Sina, Ibnu Rushd mereka semua berhasil melanjutkan karya-karya filosof Yunani dengan gemilang,” jelasnya.

Baca juga: Siswi Nonmuslim di Padang Diwajibkan Berjilbab, Mendikbud Nadiem: Langgar Pancasila

Dia menjelaskan era keemasan tersebut menunjukkan sikap keterbukaan terhadap pandangan-pandangan baru yang kemudian diintegrasikan dalam ajaran islam.

Era ini juga dikenal sebagai era riseptif terhadap pandangan luar yang dianggap berguna.

Dengan kata lain, mereka menghormati dan menghargai perbedaan dalam memperkaya Khazanah Islam.

Menurut dia, kedewasaan sikap mental yang tidak menutup diri, apalagi menolak dan memusuhi pandangan luar adalah resep kemajuan peradaban Islam di masa itu.

“Resep ini tidak lain dan tidak bukan adalah inspirasi yang mereka dapatkan petunjuk yang jelas dari Alquran dan perilaku Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Generasi era tersebut meyakini bahwa perbedaan adalah keniscayaan yang wajib disyukuri dan disikapi dengan sebaik-baiknya.”

“Semakin tinggi dan dalam pemahaman kita akan keniscayaan ini, maka semakin luas pula pengetahuan dan wawasan kita. Hal ini akan mengantar kita untuk memiliki sikap toleransi yang pada gilirannya akan membawa kita kepada peradaban yang lebih maju,” jelasnya.

Hal inilah imbuh dia, patut untuk dijadikan contoh di dalam menghadapi rongrongan ideologi yang bisa mengganggu persatuan dan harmoni di Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini