TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo hari ini, Minggu (14/2/2021) terbang ke Pacitan, Jawa Timur, untuk meresmikan Bendungan Tukul di Pacitan, kampung mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Jokowi datang didampingi oleh Menteri Perusahaan Umum dan Perumahaan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimoeljono dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
“Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, Bendungan Tukul di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur saya resmikan pada hari ini,” ungkap Jokowi saat meresmikan bendungan Pacitan tersebut.
Jokowi menyebut dalam pidatonya, pembangungan bendungan ini telah memakan waktu 6 tahun dan menghabiskan dana hampir Rp 1 triliun.
“Telah dimulai 6 tahun yang lalu dengan biaya Rp 916 mliar hari ini sudah selesai dan siap difungsikan,” ungkap Jokowi saat memberikan pidatonya seperti dikutip dari Kompas.TV.
Baca juga: Jokowi Kunjungi Kampung Halaman SBY untuk Resmikan Bendungan Tukul
Menurut Jokowi, Bendungan Tukul ini memiliki peranan penting bagi masyarkat Pacitan, seperti untuk mengendalikan banjir, mengairi sawah, irigasi, serta menyediakan air baku.
Presiden berharap, bendungan tersebut dapat betul-betul bermanfaat bagi perekonomian masyarakat.
“Dengan kapasitas tampung 8,7 juta meter kubik, bendungan ini bisa memberikan manfaat yang sangat besar yaitu 600 hektar sawah, sehingga meningkatkan indeks pertanaman, dari biasanya satu kali tanam padi dan satu kali tanam palawija, menjadi dua kali tanam padi dan satu kali tanam palawija,” pungkasnya.
Setelah Bendungan Tukul di Pacitan, Jawa Timur, ada tiga bendungan lagi yang telah rampung konstruksinya dan siap diresmikan pada pekan depan.
Ketiga bendungan tersebut yaitu Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Bendungan Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan, dan Bendungan Sindangheula di Provinsi Banten.
"Minggu depan ini kita akan resmikan lagi Bendungan Napun Gete di NTT, Bendungan Tapin di Kalimantan Selatan, dan Bendungan Sindang heula di provinsi Banten," kata Jokowi.
Keberadaan bendungan di suatu wilayah memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat sebagai sumber air irigasi untuk mengairi lahan sawah, sekaligus dapat mendorong produktivitas petani di kawasan tersebut.
Karena pembebasan lahan
Dikutip dari Kompas.com, Bendungan Tukul merupakan waduk pertama yang dibangun di Kabupaten Pacitan, dengan nilai investasi total Rp 674 miliar dari dana murni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Konstruksi dimulai sejak tahun 2013 dan direncakan rampung pada 2016.
Namun terkendala masalah pembebasan lahan sehingga kemudian mundur hingga tahun 2020.
Bendungan akan memiliki kapasitas 8,68 meter kubik dan diharapkan dapat mengairi lahan seluas 600 hektar. Bendungan ini mampu menyediakan pasokan air baku sebesar 0,35 meter kubik per detik.
Tak hanya itu, waduk ini juga akan dilengkapi pembangkit listrik dengan kapasitas listrik sebesar 0,64 MW.
Pekerjaan konstruksi dilaksanakan oleh PT Brantas Abipraya (Persero) di bawah supervisi PT Mettana (JO) Anugerah Kridaparadana.
Dikomentari Andi Arief
Sementara itu, politikus Partai Demokrat berkomentar di twitter beberapa saat setelah Jokowi meresmikan bendungan Tukul di kampung halaman SBY di Pacitan.
"Belajar dari pembangunan waduk di Pacitan, belajar soal continuitas. Pojek MP3EI ini saya ingat konstruksinya dibangun 2013. Rencana selesai 2016 namun mundur menjadi 2021 ini. Banyak Projek MP3EI yang dirancang zaman SBY dilanjutkan Pak Jokowi. Contoh baik," tulis Andi Arief.
Cuitan SBY di Medsos terkait kritik
Sebelumnya, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY angkat bicara soal kritikan yang marak diperbincangkan usai pernyataan Presiden Jokowi soal pemerintah menerima Kritik,
SBY membuat perumpamaan antara kritikan dan pujian dengan obat dan gula.
Hal ini disampaikan oleh SBY dalam akun twitter resmi miliknya @SBYudhoyono pada Sabtu (13/2/2021) kemarin.
Perumpamaan yang dimaksud ialah, obat terasa pahit namun jika obatnya tepat dan dosisnya tepat maka akan membuat seseorang menjadi sehat.
Namun, gula juga terasa manis namun bila dikonsumsi terlalu banyak akan mendatangkan penyakit.
“Obat itu rasanya "pahit". Namun bisa mencegah atau menyembuhkan penyakit. Jika obatnya tepat & dosisnya juga tepat, akan membuat seseorang jadi sehat. Gula itu rasanya manis, tetapi kalau dikonsumsi secara berlebihan bisa mendatangkan penyakit,” cuit SBY dikutip dari Kompas.TV.
Lanjut dengan perumpamaan tersebut, SBY jelaskan Kritikan adalah obat yang bila benar dan tidak kasar akan bisa mencegah kesalahan
Sedangkan pujian bagaikan gula, jika berlebihan justru akan menyebabkan kegagalan.
“Kritik itu laksana obat & yang dikritik bisa "sakit". Namun, kalau kritiknya benar & bahasanya tidak kasar, bisa mencegah kesalahan. Sementara, pujian & sanjungan itu laksana gula. Jika berlebihan & hanya untuk menyenangkan, justru bisa menyebabkan kegagalan,” ujar SBY
Sebelumnya Presiden Joko Widodo meminta masyarakat lebih aktif dalam menyampaikan kritik kepada pemerintah.
Sumber: Kompas.TV/Kompas.com/Tribunnews.com