Michael menambahkan, pola strategi bertahan UMKM di tahun ini seharusnya tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya.
Beberapa langkah serius yang bisa dilakukan antara lain mulai mengusahakan agar bisnis punya status formal dan merapikan pencatatan usaha.
“Misalnya untuk usahawan baru yang sebelumnya masih mengandalkan proses manajerial bisnis secara manual, mulai dari arus kas, pengecekan stok barang atu hingga operasional inventaris lainnya, dapat mulai beralih ke layanan digital. Dengan begitu pelaku bisnis dapat fokus pada perencanaan bisnisnya, bahkan mungkin bisa mulai melakukan ekspansi pasar walaupun di tengah kondisi yang serba tidak pasti akibat pandemi Covid-19,” tambah pria yang akrab disapa Mike ini.
Baca juga: Hingga Akhir Januari, Total Transaksi PaDi UMKM Tembus Rp 11,4 Triliun
Proses transformasi digital UMKM dapat dilihat dengan semakin besarnya jumlah pengguna e-commerce di Indonesia.
Tercatat bahwa pertumbuhan volume transaksi e-commerce pada September 2020 mengalami peningkatan 79,38 persen secara tahunan (year-on-year/YoY), sebesar 150,16 juta transaksi dengan jumlah UMKM yang berhasil go digital melampaui 9 juta.
Hal ini juga diperkuat dengan jumlah pelaku UMKM yang mulai menggunakan layanan POS untuk memudahkan layanan jual beli mereka secara online.
Qasir misalnya, sebagai salah satu penyedia layanan POS, mencatat pertumbuhan usernya yang mencapai 500.000 lebih di tahun yang notabene penuh dengan tekanan tersebut.
Ke depan, Michael berharap, akan lebih banyak usahawan mikro yang tidak ragu lagi untuk memulai adaptasi teknologi dan digitalisasi untuk mempermudah kegiatan operasionalnya.