Bahkan Ida Oetari juga tidak segan membocorkan kiat-kiatnya sehingga bisa mendapat posisi bintang satu di pundaknya.
"Saya bukan dari Akpol, tapi dari Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) angkatan 87. Intinya kalau mau berkarir bagus ya harus bekerja yang terbaik, iklas dan jangan lupa berdoa. Karena pangkat itu titipan dan amanah," terang Ida Oetari.
Ditanya soal bagaimana nantinya apabila pimpinan Polri menarik dirinya untuk bertugas kembali di Institusi Polri, ? Misalnya penempatan sebagai Kapolda? Merespon itu, Ida Oetari menjawab dirinya siap ditempatkan dimana saja.
"Dimanapun nantinya ditempatkan, saya siap. Kami Polwan harus punya warna dan berarti bagi masyarakat. Itu yang terpenting," tegas Ida Oetari.
Selanjutnya Ida Oetari juga mengimbau seluruh Polwan di Indonesia agar tekun melakukan tanggung jawab dan tugasnya.
"Rekan-rekan Polwan, bekerjalah dengan tekun. Jangan lupa sekolah, tempuh sekolah dengan baik. Diiringi dengan doa dan kerja iklas," imbuhnya.
Baca juga: Kabareskrim Agus Andrianto: Tangani Bom di Polrestabes Medan dan Sibolga Sampai Perkelahian Polisi
Jadi Kapolri, Listyo Sigit Diminta Perhatikan Nasib Polwan
Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Partai NasDem Eva Yuliana mendukung tagline yang diusung Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo dalam fit and proper test yakni PRESISI, Rabu (20/1).
"Saya mengapresiasi komitmen Pak Sigit dalam paparan fit and proper test ini. PRESISI menjadi langkah yang tepat untuk menjawab tantangan Polri masa kini," ujar Eva, di Ruang Rapat Komisi III DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (20/1/2021).
Eva sendiri meminta kepada Listyo Sigit Prabowo selalu Kapolri, memperkuat peran strategis Polisi Wanita (Polwan) di tubuh Polri untuk ke depannya.
Menurutnya, jika sudah resmi menjadi Kapolri, Listyo Sigit Prabowo harus memberi atensi lebih dalam menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi di jajaran Polwan.
Sebab, penataan karier dan penguatan kompetensi bagi Polwan, kata dia, sejauh ini relatif jomplang.
"Berdasar kajian dan data yang ada, sebagai contoh perbandingan, penegakan hukum di bidang reserse antara polwan (wanita) dan polisi (laki-laki) baru berkisar 1:10 (satu perempuan untuk setiap 10 laki-laki). Belum lagi di bidang intelejen yang hanya 1:16, demikian pun di densus 88 juga 1:16," jelasnya.
Politikus Nasdem itu menilai kesenjangan tersebut seharusnya menjadi perhatian lebih bagi calon tunggal Kapolri. Pasalnya, kesempatan perempuan untuk menjadi Taruni Akpol sudah dilaksanakan sejak tahun 2003. Demikian pun dengan kesempatan perempuan lain untuk menjadi Polwan melalui SIPSS dan jenjang karir lainnya.