News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksklusif Tribunnews

Ketua MPR Bamsoet dan Obsesi Mobil Listrik (1): Tak Perlu Pusing Ganti Oli dan Tune Up Mesin

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo berpose di depan mobil listrik Hyundai IONIQ usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Minggu (21/2/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Ketua MPR yang juga Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI), Bambang Soesatyo, tengah gencar mempromosikan kendaraan listrik.

Sehari-hari, pria yang akrab disapa Bamsoet itu memilih mobil listrik Hyundai Ioniq sebagai alat transportasi.

Bamsoet mengajak Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra untuk berkeliling kawasan Menteng, Jakarta Pusat, naik mobil kesayangannya tersebut.

Bamsoet asyik bercerita mengenai apa saja keuntungan menggunakan mobil listrik, satu di antaranya pengeluaran sangat jauh lebih irit.

Menggunakan mobil listrik tidak perlu antre untuk isi bahan bakar minyak (BBM), tidak perlu servis dan ganti oli.

Tak pelak, selain mobil Hyundai Ioniq, Bamsoet juga memiliki mobil Tesla buatan Amerika Serikat (AS).

"Saya sudah empat tahun pakai mobil listrik. Sampai sekarang tidak banyak keluar uang untuk urusan mobil," ujar Bamsoet dalam wawancara eksklusif dengan Tribun Network, Minggu (21/2/2021).

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo berpose di depan mobil listrik Hyundai IONIQ usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Minggu (21/2/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Selain hemat secara pribadi, menurut Bamsoet, mobil listrik juga dapat menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang selama ini banyak tersedot untuk subsidi BBM.

"Jumlah kendaraan itu sekarang hampir 168 juta. Mobil ada sekira 80 juta. Kalau setiap hari perlu 1 liter saja berarti sudah 168 juta liter," katanya.

Kader Partai Golkar itu menyebut beberapa negara Eropa, seperti Jerman dan Polandia, mulai melarang warga negaranya melawati jalan-jalan tertentu ketika menggunakan mobil konvensional.

Berikut petikan wawancara Tribunnews dengan Bambang Soesatyo.

Apa sebenarnya perbedaan mobil konvensional dan mobil listrik?

Beda paling utama yaitu pengeluaran kita lebih hemat. Pertama kita tidak perlu setiap hari keluar uang, antre BBM. Kemudian bulanan tidak pusing untuk servis, ganti oli, tune up dan seterusnya.

Saya punya Tesla sudah empat tahun. Sampai sekarang tidak banyak keluar uang untuk urusan mobil.

Bagaimana soal kenyamanan?

Oh lebih nyaman. Tidak ada suara, lebih halus. Suspensi sama dengan konvensional. Tidak ada bedanya.

Baca juga: Bamsoet Apresiasi Terbentuknya Team Rescue Tanggap Bencana LRCI

Baca juga: Bamsoet Dukung Pengurusan SIM Online dan Kerjasama dengan IMI Terkait Keselamatan Berkendara

Apa plus dan minus mobil listrik?

Jadi plusnya itu tadi saya bilang, bebas biaya harian dan bulanan untuk servis. Kemudian perawatannya sama sekali tidak ada. Kalau ban tipis ya ganti ban. Kalau kampas rem habis ganti kampas.

Begitu pula perawatan AC. Sudah itu saja. Saya melihatnya sampai saat ini tidak ada kelemahannya.

Kalau ditanya kelemahan ya tidak ada suara. Tapi teknologi yang baru seperti Tesla, sekarang sudah ada software-nya. Pasang speaker di luar tinggal kita pilih suara apa. Mau suara Harley, suara Lamborghini, Ferrari, itu bisa.

Bagaimana kalau kita kehabisan listrik di tengah jalan?

Biasanya kita sudah hitung, full charge sampai enam jam, bisa 325 kilometer. Kalau dalam kota, saya biasa pakai Tesla itu setiap hari Minggu saja saya charge.

Minggu malam saya charge, paginya saya pakai, baru Minggu depannya saya charge lagi.

Mobil Hyunda Ionic ini charger-nya bisa dibawa. Kayak powerbank, cuma ini lebih besar. Tinggal ke pinggir jalan sebentar cari colokan, charge.

News Director Tribun Network Febby Mahendra Putra bersama Ketua MPR RI Bambang Soesatyo melihat mobil listrik Hyundai IONIQ usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Minggu (21/2/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Kalau untuk darurat satu jam bisa terisi, kemudian jalan secukupnya. Tesla powernya besar, Hyundai Iqonic tidak perlu kwh yang besar, colokan biasa. Kalau Tesla harus ada station-nya.

Sekarang ini mobil listrik sedang jadi tren kah?

Iya, memang harus tren. Jadi kalau sekarang orang masih pakai mobil konvensional ya ketinggalan zaman, jadul deh.

Era ke depan adalah mobil dan sepada motor listrik. Tugas dan misi saya sebagai Ketua Umum IMI justru mendorong percepatan migrasi kendaraan berbahan bakar minya ke electric atau listrik.

News Director Tribun Network Febby Mahendra Putra bersama Ketua MPR RI Bambang Soesatyo melihat mobil listrik Hyundai IONIQ usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Minggu (21/2/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Karena ini bisa membantu negara meringankan beban subsidi dalam pos APBN. Jumlah kendaraan sekarang hampir 168 juta. Mobil sekira 80 juta.

Kalau setiap hari perlu 1 liter saja, berarti 168 juta liter. Berapa nilai subsidinya? Besar. Kalau masyarakat pindah ke listrik membantu pemerintah dan membantu lingkungan bersih.

Juga membantu dirinya, pengeluaran biaya rumah tangga jadi hemat. Kalau selama ini mikirin bensin tiap hari, tidak perlu.

Biaya bulanan servis tidak perlu. Kan bisa dialokasikan pada kebutuhan lain, seperti pendidikan dan kesehatan. Jadi banyak manfaat. (dennis)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini