Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkap sejumlah akar yang mengarah pada ekstremisme hingga berujung pada aksi terorisme.
Direktur Penegakan Hukum BNPT Brigjen Pol Edy Hartono mengatakan sejumlah masalah tersebut adalah masalah keluarga hingga perbedaan politik.
"Masalah keluarga, ekonomi, dan perbedaan politik dalam bernegara itu menstimulus terbentuknya beberapa ekstremisme yang mengarah pada terorisme," ujar Edy, dalam diskusi daring 'Pemberantasan Ekstremisme-Terorisme Pasca Perpres 7/2021', Kamis (25/2/2021).
Baca juga: Pemerintah Diminta Tak Lengah Terhadap Ancaman Terorisme di Era Pandemi : Tak Berarti Teroris Tiarap
Edy menjelaskan temuan itu didapati dari hasil penelitian BNPT terhadap tersangka kasus terorisme.
Sikap ekstremisme yang muncul, kata dia, kerap terjadi akibat pola pikir atau mindset masing-masing individu.
Dia pun menegaskan kearifan lokal harus dimanfaatkan sebagai modal sosial dan strategi melawan intoleransi dan kekerasan.
Baca juga: Ketua LPSK Beberkan Perjuangan Panjang untuk Bayarkan Kompensasi Korban Terorisme Masa Lalu
Sebab, jika hal tersebut tidak dicegah dan ditanggulangi, bisa jadi Indonesia akan menjadi negara seperti Suriah dan Irak yang hancur akibat intoleransi.
"Jangan sampai negara kita seperti Suriah dan Irak. Kalau sudah hancur, menyesal belakangan," jelasnya.
Lebih lanjut, Edy mengatakan penanganan terorisme dari hulu sangat terbantu dengan ditekennya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme pada 2020-2024.
Baca juga: BNPT: 1.250 WNI Pergi ke Irak dan Suriah Ikut Kelompok Terorisme, Ada yang Tewas dan Ditahan
Apalagi, kata dia, terdapat tiga pilar dalam beleid tersebut, yakni pencegahan, penegakan hukum, dan kerja sama internasional.
Hingga kini, pihaknya mengaku sudah banyak mencegah terorisme berkat beleid tersebut. Setidaknya ada 82 aksi yang berhasil dicegah.
"Ada 130 rencana aksi dan paling banyak di pencegahan dengan 82 aksi,” katanya.