TRIBUNNEWS.COM - Situs e-commerce Bukalapak ramai diperbincangkan setelah merebaknya kabar penutupan layanan marketplace-nya pada Selasa (7/1/2025), setelah 15 tahun menjadi tempat dagang online bagi para pelapak.
Bukalapak kini memutuskan untuk menghentikan operasional penjualan produk fisik dan beralih sepenuhnya pada penjualan produk virtual, seperti pulsa prabayar, token listrik, dan layanan lainnya.
Sebelumnya, penjualan juga mencakup berbagai produk fisik seperti gadget, elektronik, busana, dan sebagainya.
Lantas bagaimana lika-liku Bukalapak selama ini?
Didirikan 2010
Platform penjualan digital ini didirikan oleh entrepreneur muda Achmad Zaky pada 10 Januari 2010 bersama rekannya Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono.
Bisnis e-commerce ini terinspirasi dari istrinya yang kesulitan menemukan barang yang ingin dibeli.
Di perusahaan ini Achmad Zaky duduk sebagai Chief Executive Officer (CEO).
Pada tahun 6 Januari 2020, Achmad Zaky mundur dari jabatan CEO Bukalapak.
Meski demikian, Achmad Zaky tetap menjadi pendiri, penasihat, dan mentor tech startup di Bukalapak.
Posisinya lalu digantikan oleh Muhammad Rachmat Kaimuddin, sahabatnya yang lulusan MIT dan Stanford.
Baca juga: Daftar Produk Fisik yang Tidak Akan Dijual Lagi di Bukalapak
Di pertengahan jalan, Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri karena melanjutkan karirnya untuk mengabdi kepada negara.
Lalu pada 2022, posisi CEO Bukalapak kemudian digantikan oleh Willix Halim.
Dalam naungannya, bisnis Bukalapak pun berubah menjadi perusahaan Unicorn.
Semangat mereka tetap sama yakni untuk mendukung para pelaku UMKM, terutama warung kecil di berbagai kota di seluruh Indonesia.