News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketua MPR Ingatkan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo berpose di depan mobil listrik Hyundai IONIQ usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Minggu (21/2/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan bahwa perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan negara akan menjadi tantangan yang lebih sulit dihadapi dibandingkan pandemi Covid-19. 

Sebagaimana juga disampaikan tokoh inovasi teknologi dunia, Bill Gates, yang menilai bahwa dampak perubahan iklim semakin jelas dirasakan di berbagai sektor kehidupan. Bahkan jauh lebih berbahaya dari serangan Covid 19. 

"Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap berbagai komoditi pangan. Antara lain petani, pasar-bursa, harga, pergudangan-resi, modal, pembiayaan dan pinjaman, serta penjaminan-off takers," ujar Bamsoet, dalam keterangannya, Jumat (26/2/2021).

"Perlu adanya reformasi dan integrasi kebijakan serta mekanisme terhadap berbagai komoditi tersebut.

Sehingga ketahanan dan kedaulatan pangan Indonesia tetap terjamin, tak terimbas dampak perubahan iklim maupun berbagai tantangan lainnya," imbuhnya. 

Baca juga: Viral Video Presiden di Pematang Sawah Tanpa Penjagaan Paspampres, Ini Penjelasan Istana

Bamsoet menjelaskan dalam lima tahun terakhir, produksi berbagai komoditas pangan memang sudah meningkat.

Sebagaimana terlihat dari data yang dipaparkan Kementerian Pertanian. 

Namun laju peningkatannya belum signifikan, mengingat jumlah penduduk dan juga kebutuhan nasional yang juga terus meningkat.

Produksi Jagung, misalnya, dalam lima tahun terakhir cukup meningkat.

Di tahun 2016 mencapai 23,6 juta ton, tahun 2017 mencapai 28,9 juta ton, tahun 2018 sebesar 30 juta ton, tahun 2019 sebesar 33 juta ton, dan di tahun 2020 diprediksi mencapai 33 juta ton. 

"Begitupun dengan padi yang meningkat dari 55 juta ton di tahun 2016, menjadi 56,6 juta ton di tahun 2017, kemudian 59,2 juta ton di tahun 2018. Namun menurun tajam menjadi 54,6 juta ton di tahun 2019, dan diprediksi menjadi 55 juta ton di tahun 2020," jelas Bamsoet.  

Baca juga: Bambang Soesatyo Harapkan Wartawan yang Meliput di Gedung MPR Harus Uji Kompetensi Wartawan

Dampak Iklim yang saat ini menyebabkan banjir dimana-mana, dikhawatirkan politikus Golkar itu akan merusak pertanian khususnya padi. 

Oleh karena itu, dia menilai Pemerintah perlu mengantisipasi ketersediaan beras secara nasional.

Sementara import beras menjadi masalah tersendiri karena negara-negara Asia rata-rata sudah terikat kontrak antar negara.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menekankan bahwa memajukan sektor pangan tidak bisa hanya dilakukan oleh Kementerian Pertanian yang berperan dalam pembinaan petani, penyediaan bibit dan pupuk, hingga memperluas luasan lahan pertanian saja. Melainkan butuh dukungan dari berbagai kementerian/lembaga lainnya. 

"Karenanya Indonesia perlu memiliki roadmap strategi ketahanan dan kedaulatan pangan yang konkrit dan baku yang bisa diimplementasikan secara mudah dan cepat.

Sehingga bisa mensinkronkan semua regulasi di berbagai kementerian/lembaga, mengintegrasikan kebijakan pemerintah pusat dan daerah," tandasnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini