News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PBNU Tegaskan Tolak Investasi Minuman Keras

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (22/7/2019).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan penolakan terhadap Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal, terutama dalam lampiran III nomor 31, 32, dan 33.

Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini mengatakan sikap PBNU yang menolak investasi minuman keras tidak berubah sejak 2013.

"Sikap kami tetap tidak berubah sejak 2013, saat pertama kali aturan ini digulirkan pada zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). PBNU tetap menolak investasi minuman keras dibebaskan. Sebab Indonesia ini bukan negara sekuler," ujar Helmy seperti disiarkan situs NU Online, Senin (1/3/2021).

Helmy menegaskan bahwa Indonesia adalah negara Pancasila yang berketuhanan.

Sehingga dalam berbagai peraturan yang dikeluarkan pemerintah dan semua perilaku masyarakat harus berpedoman dengan nilai-nilai agama.   

"Indonesia memang bukan negara agama, tetapi negara yang masyarakatnya beragama. Jadi soal investasi minuman keras ini perlu dipertimbangkan kemudaratannya," ucap Helmy.

Jika yang menjadi pertimbangan adalah soal kearifan lokal, ia mengusulkan sebaiknya bisa dialihkan kepada produk-produk lain. Produk yang tidak mengandung alkohol.

Sebab, menurut Helmy, mudaratnya lebih banyak daripada manfaatnya lantaran alkohol diharamkan dalam syariat Islam. 

Baca juga: Perpres Minuman Berakohol Bisa Buka Lapangan Pekerjaan 

Dalam menolak investasi tentang minuman keras ini, Helmy menegaskan bahwa PBNU tetap berpegang pada dalil-dalil agama. Salah satunya dengan berpegang pada kaidah fikih yang masyhur di kalangan warga NU.  

"Dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih (mencegah kerusakan lebih diutamakan daripada mengambil kebaikan). Investasi adalah hal baik. Namun jika investasi itu mengandung unsur mudarat yang lebih membahayakan, maka tentu hal ini dilarang syariat," ungkap Helmy.

Penolakan PBNU terhadap peraturan presiden terkait investasi minuman keras ini, menurut Helmy, merupakan bentuk peringatan kepada pemerintah.

Helmy mengatakan NU sebagai bagian dari kekuatan masyarakat sipil bertujuan untuk senantiasa melaksanakan tugas untuk kebaikan bersama.   

"Kami ingatkan kepada pemerintah. Sebagai civil society, kami akan melaksanakan tugas kami untuk kebaikan bersama," ucap Helmy.  

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini