TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak akan mencampuri urusan internal Partai Demokrat (PD).
Sebab, Jokowi sangat menghormati kedaulatan partai politik (parpol) di Indonesia yang diatur sesuai AD/ART masing-masing.
“Presiden tentu tidak akan campur tangan, dan sangat memahami bahwa ini adalah isu internal,” kata Ketua Umum Arus Bawah Jokowi (ABJ) Michael Umbas dalam keterangannya, Selasa (9/3/2021).
Menurut Michael, sejak awal seakan-akan ada upaya untuk menarik Jokowi terlibat dalam polemik PD.
Misalnya, hanya karena Moeldoko menjabat kepala staf kepresidenan.
“Sejak awal ada upaya menarik Pak Jokowi masuk dalam kemelut di Partai Demokrat. Jangan hanya karena Moeldoko memegang jabatan kepala staf kepresidenan, lalu seolah-olah Pak Jokowi ikut terlibat,” ucap Michael.
Baca juga: Soal KLB Demokrat, Menkumham: Tolong Pak SBY Jangan Tuding-tuding Pemerintah
Michael menuturkan, Ketua Umum PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah bersurat pada awal Februari 2021.
Isinya mengenai adanya kabar keterlibatan Moeldoko dalam pengambilalihan kepemimpinan di PD. Michael menjelaskan, surat itu tidak direspons Presiden.
“Surat dari AHY saja tidak direspons Pak Jokowi. Bagi kami, Pak Jokowi sudah sangat proporsional. Tidak mungkin ada perintah atau apapun bentuknya untuk meminta Moeldoko mengambil alih Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY,” ujar Michael.
Menurut Michael, Jokowi tidak akan mengingkari diri sebagai sosok yang ingin demokrasi di Indonesia semakin maju.
“Apalagi, Pak Jokowi kan presiden dari seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi kan sumbernya dari rakyat. Jadi, bukan tipikal Pak Jokowi ikut campur urusan internal partai politik. Sama sekali tidak,” tegas Michael.
Michael mengatakan, Jokowi sangat menghormati figur Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Pak Jokowi sangat menghormati para pendahulu beliau, termasuk Pak SBY. Pak Jokowi paham bahwa Pak SBY adalah presiden keenam dan tokoh bangsa. Publik masih ingat saat peringatan Proklamasi beberapa tahun silam, tokoh-tokoh bangsa hadir di Istana,” kata Michael.
Michael menilai sikap diam Jokowi terkait kemelut di PD, sangat tepat.
“Pak Jokowi akan mengakhiri masa periode terakhir. Pak Jokowi tidak ada kepentingan khusus. Sikap diam Pak Jokowi tepat,” ungkap Michael.
“Pertemuan di istana itu menunjukkan rasa hormat Pak Jokowi kepada Pak Habibie, Ibu Megawati, dan Pak SBY, sebagai pendahulu. Selain menjunjung tinggi demokrasi, Pak Jokowi pun menjaga tata krama. Sekali lagi, bukan tipikal Pak Jokowi merusak demokrasi,” demikian Michael.