News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pakar Hukum Tata Negara: Sistem Presidensial Berbahaya Apabila Didukung Terlalu Kuat Parlemen

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) UGM Zainal Arifin Mochtar

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Pakar Hukum Tata Negara Zainal Arifin Mochtar mengatakan sistem presidensial sangat berbahaya apabila didukung terlalu kuat oleh parlemen.

Alasannya kata dia, godaan untuk bersikap otoriter sangat tinggi.

"Itu sebabnya saya sampaikan sistem presidential itu berbahaya. kalau dia didukung terlalu kuat oleh parlemen, godaan otoriternya tinggi. dan saya meyakini sebenernya gejala orang yang otoriternya tinggi adalah gejala yang mempertahankan kekuasaannya terus menerus," kata Zainal dalam diskusi yang digelar political dan public policy studies (P3S) dengan tema Presiden Tiga Periode Konstitusional atau Inkonstitusional?" pada Kamis (11/3/2021).

Baca juga: Akademisi: Rasionalisasi dan Penyederhanaan Jumlah Parpol Jalan Perkuat Sistem Presidensial

Oleh karena itu, kata dia, ada pembatasan jabatan presiden dalam sistem presidensial.

Menurut dia terdapat 4-5 model sistem masa jabatan dalam sistem presidensial.

Baca juga: Kunker ke Jepang, Menperin Agus Gumiwang Sempatkan Bertemu dengan Menteri Yasutoshi Nishimura

Pertama, yakni presiden hanya boleh menjabat satu periode dengan durasi yang relatif panjang.

Model kedua yakni sistem seperti Indoensia yakni setelah menjabat hanya boleh satu kali dipilih kembali.

Model lainnya yakni boleh dipilih kembali dengan syarat tidak menjadi petahana.

"Misal dia hari ini menang, pemilu berikutnya dia nggak boleh ikut. Nanti setelah pemilu berikutnya dia boleh ikut lagi. jadi tidak dikenal sistem petahana. Jadi bisa 3 periode tapi dia diselingi, tidak boleh langsung 3 periode," kata dia.

Ada juga, kata Zainal, model pembatasan dua periode dengan diselingi. Model seperti ini banyak diterapkan negara negara Amerika Latin.

"Apakah masih ada negara yang bisa re-elected berkali-kali? ya, ada. itu kebanyakan negara-negara yang agak bermasalah dari sisi demokrasi," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini