News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menristek/Kepala BRIN Ungkap Berbagai Inovasi Selama Pandemi Covid-19

Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menristek /Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro dalam wawancara khusus dengan Tribun Network, Selasa (23/3/2021).  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Fenriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang PS Brodjonegoro menyebut pandemi Covid-19 telah membuka mata masyarakat Indonesia bahwa ternyata banyak peneliti dan inovator yang cepat tanggap dan segera melahirkan produk yang bermanfaat dalam penanganan wabah virus Corona.

"Awalnya dibentuk konsorsium riset dan inovasi Covid-19 oleh Kemenristek/BRIN, yang semangatnya adalah mendorong kolaborasi antar tiga aktor utama, yaitu pemerintah, peneliti dan dunia usaha. Itu yang biasa kita sebut sebagai Triple Helix," ujarnya.

Baca juga: Menristek: Ilmu Pengetahuan dan Inovasi Jadi Kunci Mencapai Target 5 Besar Ekonomi Dunia

"Triple Helix itulah yang menjadi kunci keberhasilan riset dan inovasi di seluruh negara," tutur Bambang dalam wawancara khusus dengan Tribun Network mengenai Ekosistem Riset dan Inovasi, Selasa (23/3/2021).

Baca juga: Menristek: Konsep Smart City Harus Bisa Membuat Masyarakat Jadi lebih Produktif

Dengan model kolaborasi dalam riset dan inovasi, para peneliti yang biasanya lebih nyaman dengan apa yang menjadi keahliannya, sekarang lebih memahami bahwa ada kebutuhan yang mendesak dari masyarakat, yang disuarakan atau disampaikan juga oleh dunia usaha.

Selama beberapa bulan ini, Kemenristek/BRIN bisa melihat bahwa ternyata ketika permintaannya jelas dari masyarakat, terkait Covid-19 dan didukung oleh dunia usaha yang siap untuk melakukan hilirisasi, pihaknya berhasil menciptakan 61 inovasi.

"Dengan rincian 50 sudah selesai, artinya sudah menjadi produk. Sedangkan 11 masih dalam tahap penyelesaian atau finalisasi," jelas Bambang.

Untuk penelitian tahap awal difokuskan pada alat-alat screening dan testing, untuk mengetahui atau mengidentifikasi siapa yang sudah terpapar virus Covid-19.

Oleh karenanya, beberapa jenis inovasi yang lahir di awal pandemi Covid-19 ini banyak yang terkait dengan screning dan testing, seperti Rapid Test Antibodi yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PT Hepatika Mataram di Nusa Tenggara Barat.

Pada waktu yang bersamaan juga konsorsium di bawah Kemenristek/BRIN juga melahirkan PCR Test Screen yang dikembangkan oleh BPPT bersama start up, yang kemudian melakukan produksinya di Biofarma.

Inovasi selanjutnya ialah Rapid antigen yang dibuat oleh para peneliti di Universitas Padjadjaran dan sudah mendapatkan izin edar dari Kementrian Kesehatan.

"Saat ini sudah diproduksi sekitar 100.000 unit per-bulan dan dalam tahapan produksi 1.000.000 unit per-bulan. Mereka terus memperbaiki akurasi dan sensitifitas dari alat tersebut," terang Bambang.

Selanjutnya, ada GeNose yang bermanfaat sebagai alat screening dengan menggunakan hembusan nafas, yang dapat mendeteksi senyawa yang kemudian dianalisa untuk melihat apakah seseorang sudah terinfeksi Covid atau belum.

Di luar itu semua, Kemenristek/BRIN juga berupaya mengembangkan berbagai inovasi untuk penyembuhan terhadap orang yang sudah terkena Covid dan dirawat di rumah sakit.

Pertama, terapi plasma convalescent, yang sumber donornya paling baik adalah dari penyintas Covid-19 dengan gejala berat sampai sedang.

Kedua, Kemenristek/BRIN juga mendalami terapi stem cell, yang sudah teruji klinis dan bisa meningkatkan kesembuhan sampai 2,5 kali lipat untuk pasien yang terkategori berat,  terutama untuk memperbaiki jaringan paru-paru yang rusak akibat serangan Covid-19.

Ketiga, terapi Exosome yang merupakan pengembangan dari stem cell.

Untuk inovasi di kategori alat kesehatan, Kemenristek/BRIN berhasil mengembangkan berbagai ventilator.

"Kita tahu bahwa Indonesia sebelumnya tidak pernah membuat ventilator sama sekali, semuanya impor dan beli dari luar. Nah sekarang sudah ada berapa jenis ventilator yang dihasilkan dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian dan juga dari swasta," ujarnya.

"Bahkan beberapa ventilator yang yang saya catat dari ITB maupun UI sekarang ini sudah masuk ke dalam tahap industrialisasi dan sudah diproduksi untuk kepentingan komersial," ungkap Menristek/Kepala BRIN.

Selain itu, inovasi dari Kemenristek/BRIN lainnya ialah lab berjalan atau diberi nama Mobile Laboratorium BSL 2.

"Ada yang berbentuk kontainer maupun dalam bentuk bus untuk versi terbarunya. Jadi isinya Lab DSL 2 yang bisa melakukan tes PCR dan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan protokol untuk para pekerja di BSL 2," kata Bambang.

Di luar itu semua, Kemenristek/BRIN juga mendorong dikembangkannya produk-produk imunomodulator atau suplemen herbal, yang diharapkan bisa meningkatkan antibodi terhadap Covid-19.

Yang terpenting, Kemenristek/BRIN juga masih mendampingi pengembangan vaksin Covid-19.

Kini vaksin masih berproses dan diharapkan bulan ini ataupun bulan depan sudah ada pengalihan dari bibit vaksin dari lab ke manufaktur atau pabrikan.

Ada dua lembaga yang fokus mengembangkan vaksin, yakni Eijkman san Universitas Airlangga.

"Kalau Eijkman dengan Biofarma, sedangkan kalau Universitas Airlangga dengan PT Biotis yang saat ini sedang menyelesaikan perizinan dari BPOM untuk penghasil vaksin manusia," ucap Bambang.

--

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini