Kamhar mengatakan Moeldoko tak mencermati komposisi pada kepengurusan DPP Partai Demokrat termasuk pimpinan-pimpinan partai di daerah.
"Sangat beragam, mengakomodir semua elemen bangsa. Keberagaman agama, etnis, profesi, jenis kelamin, suku, dan sebagainya," katanya.
Dijelaskan bahwa dalam kepengurusan dibelakang Ketua Umum Demokrat AHY banyak perwira-perwira menengah yang hijrah dari jalan pengabdian TNI ke jalan pengabdian politik karena kecintaan kepada NKRI yang sifat kesatria dan keperwiraannya masih terjaga, belum terkontaminasi kepentingan praktis seperti Moeldoko.
Banyak pula aktivis-aktivis dari beragam Organisasi Pemuda, Kelompok Cipayung plus yang merupakan kader-kader bangsa yang telah teruji rekam jejaknya dalam memperjuangkan, mengawal, dan menjaga demokrasi di negara kita tercinta.
"Karenanya tuduhan ini memberi alasan yang cukup untuk menduga Moeldoko terkena kutukan kedunguan akibat syahwat kekuasaan yang tak terkendali," katanya.
Lebih parahnya lagi, kata dia, isu ideologi ini disampaikan Moeldoko disaat negara kita sedang terluka dan berduka akibat teror bom bunuh diri di Makassar.
"Moeldoko sama sekali tak punya hati. Sebagai pejabat negara, ini sungguh keterlaluan. Malah mencoba mengeksploitasi peristiwa bom bunuh diri ini dengan penggiringan isu ideologi yang dilakukan para buzzer binaan kakak pembina," ujar Kamhar.