Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketum Golkar Airlangga Hartarto kian rajin melakukan safari politik ke sejumlah ketua umum partai.
Langkah Airlangga dinilai sebagai ancang-ancang membangun koalisi menuju Pemilu 2024.
Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno menilai, peluang koalisi Golkar, Gerindra, NasDem dan PPP sangat terbuka.
PPP melengkapi koalisi tersebut dengan representasi pemilih Islam.
“Nah kenapa PPP? tentu Golkar-Nasdem dan Gerindra inikan dianggap partai nasionalis. Untuk menggenapi koalisi, biasanya selalu ada variabel representasi pemilih partai islam,” ujar Adi saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (1/4).
Baca juga: Pengamat: Pertemuan Airlangga dengan Ketum Partai Politik Sudah Seizin Jokowi
Adi berujar, PPP memiliki chemistry yang pas dengan Golkar dan Gerindra. Sehingga dia meyakini, safari politik Airlangga bukan sekadar bicara politik kebangsaan semata.
Calon presiden dan wakil presiden yang bakal diusung, kata Adi, dalam koalisi nasionalis-religius tersebut peluang Prabowo dan Airlangga sangat besar dalam koalisi ini untuk diusung sebagai calon.
“Setidaknya, untuk 2024, Golkar itu punya jagoan sendiri. Entah nantinya RI1 atau RI2. Kalau dihitung rata-rata, Airlangga ketum parpol besar paling rasional maju di pilpres. Prabowo juga layak diperhitungkan, karena capres dua kali, pimpinan parpol besar,” terang Adi.
Baca juga: Suharso Monoarfa Bakal Temui Airlangga Hartarto, Bahas Pemilu 2024?
Untuk elektabilitas, Adi Prayitno memiliki argumentasi sendiri.
Menurut dia, hal tersebut bukan menjadi kendala besar. Terlebih, bendera parpol di belakang Airlangga adalah partai besar.
“Sekalipun elektabilitas tidak menjulang, Airlangga ketum parpol Golkar yang cuma butuh partner koalisi partai menengah untuk menggenapi 20 persen (presidential threshold)," imbuh Adi.
"Golkar 12 persen, tinggal cari partai yang elektabilitas 8 persen, ada NasDem ada PKB, kalau bicara tentang kans politik, selain Prabowo, Airlangga capres paling rasional secara kalkulasi politik,” sambungnya.
Sementara untuk calon presiden yang digadang di dalam survei, Adi mengibaratkan nama-nama yang moncer dalam survei sebagai capres angin surga.
Sebab, nasibnya belum jelas ketimbang capres yang punya kekuatan di partai.