Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti senior Imparsial, Al Araf mengatakan perkembangan teknologi dan arus cepat informasi telah memberi ketersediaan sumber daya dan metode baru bagi para pelaku teror mencapai tujuannya.
Akibatnya, aksi terorisme di masa kini makin kompleks karena dalam bertindak tak lagi tergabung dalam kelompok teror.
Para pelaku bisa bergerak sendirian alias lone wolf.
Baca juga: TERBARU Zakiah Aini Serang Mabes Polri: Senjata Jenis Pistol Air Gun, Isi Map Kuning Didalami
"Perkembangan teknologi dan dinamika arus infomasi-komunikasi yang begitu cepat telah memberikan ketersediaan sumber daya dan metode baru bagi para pelaku teror untuk mencapai tujuannya," ucap Al Araf dalam keterangannya, Jumat (2/4/2021).
"Dalam perkembangannya, aksi terorisme pada masa kini semakin lebih kompleks. Aksi itu tidak hanya dilakukan oleh kelompok tetapi juga dapat dilakukan seorang diri (lone wolf)," sambung dia.
Para pelaku teror ini, lanjut Al Araf, tak lagi terpaku dan bergerak dalam sebuah situasi isolasi.
Baca juga: Misteri Isi Map Warna Kuning yang Dibawa Terduga Teroris ZA Saat Serang Mabes Polri
Dampak perkembangan teknologi informasi, ruang mereka bertindak menjalankan aksinya ikut meluas.
Sehingga fenomena ini membuat aksi terorisme menjadi relatif sulit diprediksi kapan dan di mana mereka bertindak.
"Hal ini menjadikan fenomena terorisme menjadi relatif sulit diprediksikan untuk menentukan kapan dan di mana kelompok teroris akan melakukan aksinya," katanya.
Baca juga: Sebut Aksi Teror di Mabes Polri dan Bom Makassar Punya Kesamaan, Mantan Napiter: Soal Pengkafiran
Sebagai informasi, terjadi dua aksi teror hanya dalam kurun 4 hari.
Pertama, peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3/2021).
Kedua, aksi terduga teroris yang menyerang Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Rabu (31/3) petang.
Kedua peristiwa ini dinilia sejumlah pihak masih berkaitan dengan upaya kepolisian yang mampu menangkap terduga teroris di sejumlah wilayah, termasuk Jakarta, Bekasi dan NTB.