Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksda TNI (Purn) Soleman Ponto berpendapat untuk menjadi teroris, seseorang tidak hanya cukup dengan hanya memiliki pikiran radikal saja.
Melainkan, kata Ponto, seseorang juga harus punya senjata sehingga ia ditakuti.
Namun demikian, ia juga membenarkan pikiran radikal adalah pintu masuk seseorang melakukan aksi teror.
Hal tersebut disampaikannya dalam tayangan CrossCheck From Home yang tayang perdana di kanal Youtube Medcom.id pada Minggu (4/4/2021).
"Untuk menjadi seorang teroris, itu kan tidak hanya pikiran radikal saja. Dia akan ditakuti kalau dia memiliki bom. Apakah dia memiliki senjata," kata Ponto.
Ponto membenarkan pendapat yang menyatakan sulit untuk mengawasi pikiran-pikiran radikal yang tumbuh di setiap kepala orang per orang.
Untuk itu ia menyoroti pengawasan terhadap peredaran senjata api, bahan kimia berbahaya, hingga mesiu.
"Awasi peredaran senjata, peredaran mesiu, alat-alat yang dapat digunakan untuk membut bom. Sekarang kita kan kita tidak pernah mengawasi bahan-bahan kimia berbahaya siapa saja yang beli, dalam jumlah besar tertentu," kata Ponto.
Terkait pengawasan tersebut, kata Ponto, tidak cukup hanya dilakukan oleh Intelijen, Polri, ataupun TNI.
Namun demikian, seluruh lapisan masyarakat juga perlu menumbuhkan kesadaran terkait keamanan khususnya dalam peredaran barang-barang berbahaya tersebut.
Baca juga: Kapolri: Paskah 2021 Aman, 60 Terduga Teroris Ditangkap, Benda Mencurigakan di Gereja GPIB Efftha
Baca juga: Tokoh Lintas Agama dan Masyarakat di Jayapura Papua Deklarasi Damai, Kecam Aksi Terorisme
Ia mencontohkan terkait kasus bom Bali disinyalir ada lonjakan kenaikan pembelian pupuk di tempat-tempat tertentu dan pembelinya bukan dari kalangan petani.
Ternyata, kata dia, salah satunya terindikasi membeli pupuk tersebut untuk bahan baku pembuatan bom tersebut.
"Awareness (kewaspadaan) ini yang perlu kita sampaikan kepada masyarakat, penjual, apabila ada lonjakan penjualan daripada biasanta tolong sampaikan kepada siapa koordinator ini. Kan bisa di situ," kata Ponto.