News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mabes Polri Diserang Teroris

Fenomena Lone Wolf di Aksi Terorisme Seperti di Mabes Polri, Begini Analisa Doktor PTIK Dedy Tabrani

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pasukan Brimob bersiaga di atas motor membawa senjata di Kawasan Bundaran HI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (1/4/2021). Ledakan bom di Gereja Katdral, Makasar dan penembakan teroris di Mabes Polri membuat petugas keamanan meningkatkan penjagaaan di kawasan ibu kota. (WARTAKOTAHenry Lopulalan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan, pelaku penyerangan Mabes Polri oleh perempuan berinisial ZA adalah serangan lone wolf.

Dr. Dedy Tabrani dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) mengatakan, sekarang ini banyak bermunculan serangan teroris di mana para penyerangnya adalah anak muda yang direkrut oleh jaringan kelompok teroris secara online yang kemudian disebut lone wolf.

“Benar sekali bahwa cara lone wolf dinilai paling aman agar jaringan mereka tidak terbongkar karena hanya terputus pada pelaku saja,” tegas Dedy dalam siaran pers yang diterima awak media, Jumat (2/4/2021) malam.

Dia mengatakan, anak-anak muda sekarang banyak direkrut sebagai lone wolf melalui media sosial dan diarahkan untuk melakukan serangan dengan persenjataan minimal.

“Mereka dikendalikan dari jarak jauh melalui telepon genggam atau HP yang mereka miliki, dengan nomor yang sering berubah-ubah,” jelasnya.

Baca juga: Polri: Ada Kelompok yang Tuding Bom Bunuh di Makassar dan Penyerangan Mabes Polri Adalah Rekayasa

Dedy menambahkan, mereka tetap menyimpan nomor mentor atau ulama organik kekerasan. Semua biaya operasional dan lain-lain ditanggung sendiri oleh lone wolf tersebut.

Bahkan para mentor juga mempersiapkan konsep surat wasiat yang akan ditinggalkan kepada keluarganya.

Baca juga: Penjual Senjata kepada Wanita Terduga Teroris Penyerang Mabes Polri Miliki Puluhan Air Gun

Dalam beraksi, jika lone wolf tersebut diantar oleh seseorang yang ada di jaringan sel kelompok teroris maka dia bukanlah lone wolf.

“Kalau dia berangkat sendiri dengan menggunakan ojek online atau menumpang pada orang lain maka itu adalah lone wolf,” urainya.

Dedy mencermati, anak-anak muda sekarang menggandrungi untuk menjadi lone wolf karena masuk ke dalam satu barisan teror secara daring atau online yang tidak disibukkan oleh jadwal pengajian atau indoktrinasi yang dipersiapkan oleh jaringan.

Lebih dari itu, ada motif teologis yang sangat kuat.

“Jika mereka melakukan serangan teror maka akan mendapatkan pahala syahid dan bisa langsung masuk ke surga,” papar Dedy.

Motif teologis inilah yang yang sangat menggugah serta mempengaruhi banyak anak muda atau kaum milenial yang selama ini merasa bahwa pintu jihad belum pernah dibuka oleh satu gerakan agama manapun.

Celakanya, kondisi tersebut diperparah dengan kehadiran jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan juga kelompok-kelompok teroris lainnya yang merasa yakin dan berani memberikan jaminan untuk mendapatkan syahid.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini