News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

DPR Minta LPG Tidak Lagi Dijual ke Korporasi

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas beraktivitas di Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) Srengseng, Jakarta Barat, Senin (1/2/2021). Pemerintah pada 2021 mengalokasikan anggaran sekitar Rp 54 triliun untuk subsidi LPG dan akan menyediakan LPG sampai 7,5 juta metrik ton untuk masyarakat. Tribunnews/Irwan Rismawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah menginginkan subsidi LPG dapat tepat sasaran.

Selain itu, akses masyarakat untuk mendapatkan subsidi juga semakin mudah.

Said pun mengusulkan penggunaan biometrik sebagai acuan penyaluran subsidi.

"Tidak ada pengurangan subsidi. Yang ada adalah keinginan kita mempertajam subsidi supaya tepat sasaran dan mempermudah masyarakat mendapat subsidi itu, bahkan kalau perlu (gunakan) sidik jari, bahkan biometrik sekalian," kata Said, Rabu (7/4/2021).

"Kita harus pikirkan 10-20 tahun yang akan datang. Jangan bikin kartu-kartu lagi. Semua kartu, nanti rombak lagi, enggak kelar-kelar kita. LPG itu kita minta langsung kepada sasaran penerima. Kalau biometrik paling enak, tinggal nongol mukanya, muncul LPG. Cari yang termudah bagi rakyat," imbuhnya.

Baca juga: Tabung LPG Pertamina Mendarat di Perbatasan RI, Harganya Lebih Murah dari Malaysia

Baca juga: Pertamina Gandeng Perusahaan Timur Tengah untuk Jaga Pasokan LPG Nasional

Said juga meminta agar LPG tidak diberikan kepada korporasi.

Said menyatakan LPG perlu langsung by target, disesuaikan dengan DTKS.

"Tidak bisa lagi LPG ini kepada korporasi. Saya ingin konsistensi pemerintah. Kita bahas bersama. Kita harus konsisten," ucap Said.

Said juga menyoroti subsidi listrik yang tidak dinikmati oleh seluruh masyarakat miskin.

Sebab, di balik penerima subsidi ada yang namanya kompensasi PLN.

"Seharusnya kompensasi hanya untuk penerima subsidi saja. Kalau kami-kami yang memperjuangkan rakyat miskin, tetapi kami juga ikut nimbrung jadi orang miskin, cilaka tiga kali. Kami tidak layak menerima ini," kata Said.

Jalin kerjasama

Sementara itu, Pertamina menjalin kerja sama dengan Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) untuk menjaga pasokan LPG dan Sulphur.

Kebutuhan LPG nasional di tahun 2022 diperkirakan akan mencapai 8.30 juta ton, meningkat menjadi 9.12 juta ton di tahun 2023, dan 10.01 juta ton pada tahun 2024.

Direktur Pemasaran Pusat & Niaga PT Pertamina Patra Niaga, Hasto Wibowo mengatakan, kerjasama ini memastikan keamanan pasokan LPG nasional yang diproyeksikan terus meningkat setiap tahunnya.

“Saat ini balance kebutuhan impor LPG nasional mencapai 6 juta ton per tahun, harapannya dengan kerjasama ini Pertamina dapat memperluas sumber pasokan dan menjaga kestabilan pasokan,” ujar Hasto dalam keterangannya, Minggu (7/3/2021).

Hasto menambahkan, perjanjian ini kemungkinan diperpanjang setiap tahunnya, dengan tetap dilakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum perjanjian berakhir.

Baca juga: Pertamina Optimalkan Stok Pasokan LPG 3 Kg di Tasikmalaya

Menurutnya, kerjasama ini merupakan salah satu strategi pengadaan bundling produk LPG dan petrokimia langsung dari produsen.

"Diharapkan kerjasama ini dapat menciptakan peluang kolaborasi jangka panjang untuk produk LPG dan petrokimia dengan tentunya tetap memperhatikan perkembangan dari bisnis petrokimia serta mengacu kebijakan bauran energi nasional sebagaimana tercantum dalam RUEN,” tambah Hasto.

Baca juga: Pertamina Targetkan 2.000 Outlet LPG dan 100 usaha kecil Gunakan LPG Nonsubsidi 

Sementara itu Senior President International Relations ADNOC, Salem Raheb Al Meheiri menyambut baik kerjasama strategis dengan Pertmaina.

“Sebagai salah satu produsen LPG, minyak mentah, dan Petrokimia terbesar di dunia, ADNOC menjamin akan memasok produk dengan handal ke Indonesia,” jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini