TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk bersabar dalam menghadapi cobaan bencana.
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan mengatakan bagi masyarakat NTT yang terkena bencana, diharapkan untuk bersabar, ridha dan berserah diri kepada Allah semata seraya berdoa memohon kekuatan dalam menghadapinya.
"Selain itu, bencana ini merupakan peringatan untuk kita semua agar senantiasa mawas diri, berserah diri dan memperbaiki diri. Bisa jadi, bencana alam muncul karena ada faktor perilaku manusia," ujarnya di kantor MUI, Jakarta Pusat, Rabu (7/4).
Diantaranya, ucap Amirsyah, pudar dan menurunnya etika dalam memperlakukan alam seperti penebangan hutan secara liar dan semana-mena.
"Hutan menjadi gundul dan tanaman berkurang secara signifikan. Akibatnya, suhu, iklim dan kecepatan angin menjadi ekstrim yang disebabkan karena rusaknya ekosistem dalam skala kecil maupun skala yang luas," kata Amirsyah.
Sementara Siklon tropis NTT berdampak di delapan wilayah administrasi kabupaten dan kota; diantaranya Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao dan Alor.
Baca juga: Cerita Satpam Bank Selamatkan Tetangga Saat Banjir Bandang Adonara, Nasibnya Kini Tak Diketahui
Kerugian akibat bencana diantaranya 1.962 unit rumah terdampak, 119 unit rumah rusak berat (RB), 118 unit rumah rusak sedang (RS), dan 34 unit rumah rusak ringan (RR).
Sedangkan fasilitas umum (fasum) 14 unit RB, 1 RR, dan 84 unit lain terdampak.
Menurut data BNPB pada tanggal 6 April 2021 tercatat korban bencana alam di NTT telah menelan korban 128 warga meninggal dunia dan korban hilang sebanyak 72 orang.
Sebanyak 2.019 kepala keluarga (KK) atau 8.424 warga mengungsi serta 1.083 KK atau 2.683 warga lainnya terdampak.