TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Dirjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Zudan Arif Fakrulloh berkomitmen untuk mengubah pelayanan administrasi dan data kependudukan (Adminduk) jauh dari calo dan korupsi.
Ia tak menampik melakukan reprogramming Dukcapil menemukan banyak tantangan, termasuk tantangan disrupsi teknologi hingga pandemi covid-19.
"Di dalam organisasi Dukcapil yang saya kelola sebagai Dirjen Dukcapil sejak tahun 2015 terdapat perubahan yang sangat mendalam, ada problem yang sangat besar, kemudian ada disrupsi teknologi. Ditambah lagi ada pandemi covid 19, ada pemotongan anggaran. Kompleksitasnya besar sekali," kata Dirjen Zudan dalam keterangannya, Selasa (13/4/2021).
Ia mengatakan reprogramming Dukcapil merupakan langkah strategis untuk membangun branding baru bagi pelayanan Adminduk.
Dukcapil selama ini menghadapi era disruptif atau perubahan yang sangat mendasar untuk mengatasi kompleksitas permasalahan yang dihadapi.
Reprogramming menurut Pakar Hukum Administrasi dan Sosiologi Hukum ini berarti menginstal ulang semangat, cara kerja, tata kelola organisasi dengan cara-cara baru.
Stigma masa lalu dukcapil yang lekat dengan korupsi, calo, pelayanan yang lambat, serta produk yang itu-itu saja dianggap tidak terlalu penting untuk diubah.
“Reprogramming dan rebranding diimplementasikan untuk menjadikan Dukcapil sebagai institusi yang membahagiakan dan berbasis digital," kata Zudan menjelaskan.
Berbagai transformasi yang dilakukan Dukcapil antara lain dengan mengetahui peran dan tugas organisasi, memetakan masalah, menetapkan area kerja yang perlu dikembangkan.
Termasuk melihat kesiapan sumber daya dan cara mengelolanya; serta me-manage persepsi publik agar didapatkan branding yang tepat.
Baca juga: Benahi Pelayanan, Dukcapil Kemendagri Target SIAK Online Tersedia di 50 Kabupaten dan Kota
Prof Zudan mengatakan semuanya dimulai dengan membangun keterbukaan komunikasi internal-eksternal, bagaimana membuat Dukcapil bisa diakses oleh siapapun sehingga dapat lebih memperjelas apa masalah dan harapan masyarakat.
“Pemimpin tertinggi membuka akses WA pribadi dan medsos untuk masyarakat, membuat layanan Halo Dukcapil dan lainnya. Keterbukaan komunikasi ini membuat trust publik semakin menguat," ujarnya.
Hal penting lainnya dalam bertransformasi, menurut Zudan adalah menyamakan frekuensi di internal organisasi, sehingga setiap elemen mempunyai ruh dan ideologi yang sama sebagai institusi yang membahagiakan.
Mendefinisikan di tataran operasional dengan tepat, dan diperkuat dengan budaya kerja baru dengan jargon penyemangat Dukcapil BISA (Berkarya, Inisiatif dan Inovatif, Sabar dan Semangat, Adaptif dan Amanah).
“Sistem reward and punishment serta budaya kompetisi kolaborasi membuat setiap person Dukcapil ikut berbenah diri," kata Prof. Zudan.
Perubahan regulasi dan implementasinya, serta adaptif dan proaktif terhadap perubahan teknologi membuat Dukcapil mengalami lompatan besar dengan berbagai pencapaian.
Kerja sama dengan berbagai lembaga meningkat pesat bahkan sampai 200 kali lipat.
Begitu pun penghargaan nasional dan internasional berhasil diraih baik di level strategis maupun teknis operasional dan tentu saja output produk yang semakin meningkat kualitasnya.
"Inovasi terkini adalah Anjungan Mandiri layaknya mesin ATM. Masyarakat bisa mencetak sendiri dokumen-dokumen penting dan memangkas waktu serta biaya. Akhirnya masyarakat menjadi terbahagiakan," kata Dirjen Dukcapil.