Kawasan TNGHS yang merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa diyakini sebagai habitat terbaik dari jenis elang ini.
Tercatat mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2021 telah ditemukan 12 (dua belas) sarang aktif Elang Jawa di kawasan taman nasional ini, yaitu; 9 (sembilan) sarang di kawasan Gunung Salak dan 3 (tiga) sarang di kawasan Gunung Halimun.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Tim Konservasi Elang Jawa Tanahalisa melakukan perlindungan dan pemantauan sarang Elang Jawa aktif secara rutin setiap tahun, yang dilakukan sejak akhir tahun 2020.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pasangan Elang Jawa yang terpantau sedang berbiak adalah “Prabu dan Ratu” atau disingkat “PRATU”.
Keduanya telah dipantau perilaku berbiaknya sejak tahun 2019, namun lebih intensif dipantau mulai bulan Desember 2020. Setelah itu, pemasangan kamera CCTV dimulai pada awal bulan Februari 2021.
"Dari hasil data monitoring kamera CCTV, Ratu meletakkan telur pada tanggal 21 Februari 2021. Setelah 47 hari pengeraman, akhirnya telur PRATU menetas pada tanggal 9 April 2021, tepatnya pada hari Jum’at pukul 05.47 WIB. Detik-detik prosesi penetasan telur dibantu oleh Ratu (induknya) sejak pukul 05.30 WIB, dan hal ini termonitor secara online di Android," terang Wardi.
Wardi mengatakan, hal ini menjadi pencapaian luar biasa karena menjadikan pemantauan perilaku berbiak Elang Jawa di alam dengan menggunakan kamera CCTV secara online pertama di Bumi Nusantara.
Ia berharap, Prawara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sampai dengan dewasa dan bisa menjadi penerus penguasa tahta langit di Rimba Gunung Salak.
Dibutuhkan peran serta dan partisipasi dari masyarakat untuk mengawal dan menjaga sampai PRAWARA dewasa, dan kelestarian keanekaragaman hayati di TNGHS.