Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Netty Prasetiyani Aher menekankan pentingnya peran perempuan sebagai tiang penopang sebuah negara.
Hal tersebut diungkapkan menyikapi peringatan Hari Kartini.
"Perempuan adalah tiangnya negara, karena itu rusaknya tiang akan berdampak besar terhadap bangunan negara tersebut. Perempuan-perempuan Indonesia harus menjadi tiang yang kuat, dengan begitu baru kemudian kita dapat menjadi negara yang kokoh dan maju," ujar Netty, kepada wartawan, Rabu (21/4/2021).
Ketua DPP PKS Bidang Kesejahteraan Sosial ini juga menolak adanya anggapan bahwa perempuan tidak harus berpendidikan tinggi.
Baca juga: Semangat Kartini Harus Dijadikan Dasar Perjuangan Mewujudkan Bangsa yang Lebih Baik
"Justru sebaliknya perempuan harus punya pendidikan dan cerdas karena perannya sebagai tiang negara. Negara harus hadir mendukung dengan kebijakan afirmatif untuk mengakselerasi pendidikan bagi kalangan perempuan. Saya berharap Peringatan Hari Kartini tidak hanya sekadar seremonial saja tapi juga diikuti dengan aksi yang konkret dari pemerintah," katanya.
Dia juga menyoroti di pelosok-pelosok negeri masih banyak ditemukan perempuan yang terpaksa harus berhenti belajar baik karena keterbatasan ekonomi atau alasan-alasan lain.
Baca juga: Ingatkan Perjuangan Kartini, Kiky Saputri Minta Perempuan Muda Tidak Takut Bermimpi
Hal ini, kata dia, harus menjadi perhatian dari pemerintah, apalagi saat ini Indonesia juga sedang melawan Covid-19 yang banyak mengubah wajah pendidikan.
"Bagaimana masa depan pendidikan kita di tengah pandemi? Seperti apa perlindungan terhadap guru dan tenaga pendidik di tengah pandemi, mengingat akan dilakukannya PTM? Jangan sampai PTM dilakukan tapi perlindungan terhadap guru dan tenaga pendidik minim" katanya.
Saat Indonesia dilanda Covid-19, Netty mengatakan perempuan menjadi salah satu pihak yang terkena dampaknya.
Baca juga: Monash University Buka Akses Gratis Kumpulan Lengkap Surat Kartini Tahun 1898-1904
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan mengungkapkan sebanyak 623.407 pekerja perempuan terkena dampak Covid-19.
Beberapa dari mereka dirumahkan, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemulangan pemagangan akibat penyakit itu.
"Banyak perempuan terkena PHK dan dirumahkan karena Covid-19, padahal tidak jarang dari mereka yang menjadi penopang ekonomi keluarga. Seain itu pandemi Covid-19 juga menyebabkan meningkatnya kekerasan di rumah tangga, pemerintah harus turun untuk menyelesaikannya" jelas dia.
Lebih lanjut, bagi perempuan di seluruh Indonesia, Netty berpesan untuk harus tetap percaya diri dan tidak takut untuk bersaing.
"Perempuan-perempuan di tanah air saat ini sudah banyak yang mengisi pos-pos strategis di dalam negara. Keterwakilan suara perempuan di parlemen juga terus meningkat dan saya percaya hadirnya suara perempuan akan menjadi penyeimbang dalam setiap kebijakan yang diambil oleh negara" katanya.