Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan antisipasi puncak arus balik dilakukan bukan hanya di Ibukota Provinsi DKI Jakarta.
Melainkan, di beberapa pusat kota termasuk masing-masing ibukota provinsi.
"Ibukota bukan satu-satunya. Ini semua sudah kita hitung termasuk ibukota di setiap provinsi yang nanti juga akan menjadi tujuan arus balik. Ini sudah kita hitung betul, mudah-mudahan nanti perhitungan kita mendekati benar," ujar Muhadjir melalui keterangan tertulis, Senin (17/5/2021).
Meski begitu, Muhadjir mengakui hal itu tidaklah mudah. Menurutnya, mobilitas orang susah untuk dipastikan.
"Tetapi apa yang sudah dilakukan Pak Menhub, aparat kepolisian dan TNI di dalam melakukan penyekatan dan penindakan ketika berangkat, saya kira ini sangat berharga untuk dijadikan dasar kita bijaksana menyambut kedatangan mereka arus balik ini," tutur Muhadjir.
Muhadjir mengatakan bahwa pemerintah juga telah mengevaluasi terkait pelaksanaan kebijakan peniadaan mudik lebaran tahun ini. Ia menilai secara umum aturan tersebut telah berjalan cukup bagus.
Menurutnya, kebijakan peniadaan mudik ini tidak berhasil 100 persen tapi bukan berarti gagal sama sekali.
"Secara umum sudah bagus. Kita juga betul-betul memanfaatkan data historis penanganan peniadaan mudik tahun lalu, termasuk kita perketat jalur-jalur tikus dan kita pelajari secara detail, kemudian modus operandi mereka yang nekat dengan cara-cara yang menurut mereka kreatif tapi sebetulnya itu tidak terbukti juga sudah kita antisipasi," ucap Muhadjir.
Bahkan, tutur mantan Mendikbud tersebut, berdasarkan data kepolisan pada tahun ini jumlah pemudik berkisar 1 juta orang.
Jumlah yang berkurang signifikan dibandingkan tahun lalu itu mestinya menandakan aturan peniadaan mudik berjalan cukup efektif.
Kendati di lain sisi, pemerintah juga telah mempersiapkan fasilitas tambahan seperti tempat tidur rumah sakit, ruang ICU, serta ketersediaan oksigen.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga telah menambah jumlah pelacak (tracer) dari 5 ribu menjadi 100 ribu orang.
"Mudah-mudahan ini akan bisa lebih mengefektifkan untuk mencegah terjadinya penyebaran varian baru yang sudah berada di Singapura, Malaysia, Filipina, dan mudah-mudahan tidak sampai seperti yang terjadi di negara yang sangat parah," pungkas Muhadjir.