TRIBUNNEWS.COM – Kemunculan pandemi Covid-19 hingga program vaksinasi Covid-19 yang tengah gencar hingga saat ini memancing beragam respons dari seluruh umat beragama di Indonesia.
Untuk mengetahui lebih detail mengenai respons setiap umat beragama terhadap virus corona hingga vaksinasi Covid-19, Tim peneliti Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama melakukan penelitian pada akhir tahun 2020 lalu yang bertajuk “Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Umat Beragama Terkait Covid-19, Vaksin, dan Vaksinasi”.
Survei yang melibatkan 2.610 responden dari berbagai agama seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu yang tersebar seluruh Indonesia ini menghasilkan fakta menarik terkait pandemi Covid-19.
Mayoritas responden (87,93%) sepakat bahwa kondisi pandemi saat ini kian mengkhawatirkan. Hal itu terjadi seiring terus bertambahnya angka pasien yang terinfeksi dan meluasnya zona merah di berbagai daerah. 98% di antaranya mengaku taat 3M meski ada pelonggaran protokol kesehatan.
Banyak umat agama melakukan penyesuaian saat beribadah. Misalnya ketika awal pandemi, mayoritas mereka menjalankan ibadah di rumah dan mengikuti acara keagamaan secara daring.
Begitu juga ketika era adaptasi kebiasaan baru, mayoritas rumah ibadah menjalankan protokol kesehatan, mulai dari membatasi jemaah, melakukan sterilisasi, menyiapkan tempat cuci tangan, hingga menerapkan physical distancing saat beribadah. Survei menyimpulkan, rumah ibadah lebih taat dalam menerapkan protokol kesehatan dibandingkan dengan pusat perbelanjaan seperti mal dan pasar.
Fakta lain menyebutkan, di masa adaptasi kebiasaan baru, organisasi keagamaan dan pemuka agama memiliki peran yang sangat penting untuk mengajak umat agar menjalankan protokol kesehatan, termasuk melalui penerbitan fatwa.
Respons umat beragama atas vaksinasi dan pentingnya sosialisasi pemuka agama
Penanganan Covid-19 di Indonesia sudah memasuki babak baru yakni vaksinasi. Program vaksinasi diharapkan mampu membentuk kekebalan kelompok agar virus Covid-19 bisa dikendalikan penularannya.
Terkait vaksinasi Covid-19, riset Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menyebutkan, sebanyak 54,37% responden menyatakan kesiapannya ikut vaksinasi Covid-19. Sementara itu, 36,25% lainnya belum memutuskan, dan 9.39% sisanya menolak.
Mengacu pada sumber yang sama, responden yang menolak vaksinasi memiliki beragam alasan seperti tidak yakin atas keamanan vaksin, menyoalkan kehalalan vaksin, menyangsikan efektivitasnya, hingga takut terhadap efek sampingnya.
Fenomena penolakan vaksinasi bukan karena keyakinan agama tapi lebih karena hal non-agama. Kehalalan vaksin memang mengendala sebagian responden (48,39%), namun keamanan vaksin menjadi alasan utama penolakan (66,13%). Sedangkan yang beralasan “keyakinan agama” hanya 9,27%.
Diperlukan penguatan edukasi publik terkait protokol kesehatan, dan sosialisasi rencana vaksinasi Covid-19. Sebanyak 81,31% responden belum memutuskan untuk ikut vaksinasi karena terbatasnya informasi. Di lain sisi, segudang hoax terkait vaksin juga membuat ragu 56,39% responden.
Dengan begitu, tokoh agama sebagai panutan yang dipercaya umat perlu banyak peran dalam program penanganan Covid-19 termasuk rencana vaksinasi.
Para pemuka agama sendiri memberikan respons positif atas program vaksinasi Covid-19. Jika dilihat dari kacamata Islam ihwal kehalalan atau nilai kebaikan zat vaksin, pemuka agama Islam, misalnya, umumnya menoleransi karena alasan kedaruratan dengan catatan karena belum ada hasil uji kehalalan vaksin.
Bahkan PWNU DKI menjelaskan, pertimbangan hukum utama dalam tradisi NU adalah adh-dharurat tubiih al-mahzhurat”, di mana aspek darurat menjadikan sesuatu yang dilarang menjadi boleh. Begitu juga dalam soal vaksin. Ini juga pernah terjadi dalam hal Vaksin Meningitis bagi jemaah haji dan umrah beberapa tahun lalu, prinsipnya sama.
Hal serupa juga diungkapkan oleh umat kristiani, secara umum umat melihat program vaksinasi merupakan hal yang positif.
“Sampai hari ini pandangan yang formal gereja Katolik tidak pernah diungkapkan. Tetapi secara umum ya kami melihat itu positif. Sebagaimana anak-anak yang baru lahir juga perlu beberapa vaksinasi, lha kenapa ini masih ditakuti,” ucap responden berinisial GSN, perwakilan Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Begitu juga dengan umat Hindu, vaksin dalam agama Hindu disebut “usada”, yang artinya usaha-usaha manusia untuk menyembuhkan penyakit atau wabah. “Dalam Wedha terdapat petunjuk bahwa setiap penyakit ada penangkalnya. Adanya vaksin ini bertujuan baik, guna menanggulangi wabah Covid-19 seperti sekarang ini,” ungkap MS, pengurus pura di Depok.
Peran pemuka agama untuk mengedukasi masyarakat sangatlah vital. Menurut tim riset, secara sosiologis, tokoh agama menjadi panutan atau rujukan kebenaran bagi masyarakat, termasuk dalam hal pro-kontra penggunaan vaksin Covid-19. Edukasi pun dapat dilakukan melalui kegiatan ibadah atau forum keagamaan.
Empat poin rekomendasi tentang vaksinasi
Dari beragam fakta yang ditemukan tim peneliti Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, ada empat poin rekomendasi untuk meningkatkan minat masyarakat dalam melakukan vaksinasi Covid-19.
Pertama, perkembangan aktual dan faktual pandemi Covid-19 perlu diinformasikan ke publik secara proporsional. Data mengindikasikan, semakin responden tahu kondisi dan merasa khawatir dengan kondisi pandemi, maka semakin menerima rencana vaksinasi Covid-19.
Kedua, (pejabat) pemerintah perlu menjaga kepercayaan publik untuk meningkatkan penerimaan atas rencana vaksinasi. Survei menunjukkan, meski yang paling dipercaya saat ada pro-kontra vaksin adalah tenaga kesehatan, namun yang paling siap divaksinasi adalah yang percaya pejabat pemerintah.
Ketiga, perlunya peningkatan sosialisasi dan edukasi protokol kesehatan untuk masyarakat. Tokoh dan ormas keagamaan perlu terus mendorong umat beragama untuk mematuhi protokol kesehatan, dan bersinergi dengan upaya pemerintah.
Terakhir, pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu menjelaskan secara lengkap dan transparan ke publik terkait vaksin dan rencana vaksinasi Covid-19. Ada perbedaan cukup signifikan atas kesiapan dan ketidaksiapan divaksin pada saat responden merasa mendapat kejelasan terkait rencana vaksinasi.
Tak dapat dipungkiri, vaksinasi Covid-19 adalah salah satu upaya vital untuk percepatan penanganan pandemi.
Hingga saat ini, pemerintah melalui Satgas Covid-19, kementerian, BPOM, MUI, berkolaborasi dengan pihak lainnya terus melakukan sosialisasi vaksinasi melalui saluran informasi resmi yang dibantu melalui pihak media massa. Termasuk mengenai penentuan jenis vaksin, kehalalan vaksin, keamanan, mutu, efikasi, dan efektivitasnya, sehingga umat beragama diharapkan tidak lagi ragu untuk melakukan vaksinasi.