TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Agus Sartono mengatakan bahwa pendidikan Pancasila tidak bisa hanya diajarkan secara formal di sekolah.
"Pendidikan tidak hanya pendidikan formal. Untuk melakukan internalisasi pancasila, kita harus membangun keinginan berulang-ulang melalui pembiasaan sehari-hari," ujar Agus melalui keterangan tertulis, Rabu (2/6/2021).
Nilai-nilai Pancasila, menurutnya, harus dibangun melalui pembiasaan sejak dini yaitu terkait nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kebijaksaan, dan keadilan sosial.
Baca juga: 12.405 Orang Berwisata ke TMII di Libur Hari Kesaktian Pancasila
Baca juga: 17.650 Pengunjung Pilih Berlibur di Taman Margasatwa Ragunan saat Libur Hari Lahir Pancasila
Setiap anak bangsa Indonesia harus meyakini dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Implementasi terhadap nilai-nilai itulah yang nantinya akan membentuk karakter manusia Indonesia yang tangguh dan berdaya saing.
Tentunya dengan dilandasi sifat kerja keras, gotong-royong, dan integritas.
"Sekali lagi, ini hanya bisa dilakukan dengan pendekatan pembiasaan. Pembangunan karakter itu harus dilakukan melalui pembiasaan, tidak bisa diomongkan dan harus ditanamkan sejak PAUD dan harus seimbang antara pendidikan karakter dan pendidikan kognitif" tutur Agus.
Baca juga: Gubernur Banten Sebut 20 ANS Dinkes yang Ramai-ramai Mundur Adalah Gerbong Lama
Pendidikan setiap orang, kata Agus, harus menjadi guru yang dapat mencontohkan perilaku berlandaskan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Momentum peringatan Hari Lahir Pancasila juga harus menjadi refleksi bagi setiap individu dalam melakukan internalisasi dan implementasi pancasila.
Indonesia memiliki pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa.
Internalisasi nilai-nilai Pancasila harus mulai ditanamkan sejak dini agar dapat terus diimplementasikan melalui kebiasaan hidup sehari-hari.