TRIBUNNEWS.COM - KISAH unik dan memprihatinkan ini diceritakan Presiden Ir Soekarno yang akrab dipanggi Bung Karno, ketika Indonesia baru saja merdeka dan ibukota harus pindah ke Yogyakarta, 4 Januari 1946.
Republik muda itu nyaris tak punya uang, sedang uang yang dicetak sendiri menggunakan mesin cetak sederhana, tidak punya nilai.
Tak pelak Bung Karno kemudian memerintahkan para duta besar Indonesia di luar negeri melakukan penyelundupan untuk mendapatkan uang dan barang yang diperlukan. Bahkan seragam tentara Indonesia diperoleh lewat jalur penyelundupan sehingga malah tidak seragam.
“Kami bekerja seadanya sehingga tidak mirip dengan pemerintahan selayaknya. Kami tidak memiliki apa-apa. Tidak ada mesin ketik, alat kantor, pesawat terbang. Satu-satunya peralatan radio yang dapat diselamatkan yaitu buatan 1935,” ujar Bung Karno, dalam buku ‘Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, karya Cindy Adams, Penerbit Yayasan Bung Karno, Jakarta, Cetakan Keempat, 2014.
Bung Kano menyebut uang dari zaman Jepang nilainya sudah merosot. Pada hari-hari pertama setelah kemerdekaan, Dr Suharto bertindak sebagai bendahara pemerintah. Dia bekerja seorang diri, tanpa punya staf.
“Dia tidak punya waktu untuk menghitung uang yang nilainya sudah merosot itu sehingga ia menimbang setumpuk uang kertas dan membagi-bagikan kepada kami secara kiloan,” kenang Bung Karno.
Setelah ibu kota pindah dari Jakarta ke Yogyakarta, republik baru memiliki uang sendiri yang dicetak menggunakan sebuah mesin cetak tangan.
Bisa ditebak kualitas uang itu tidak bagus. Tak seorang pun di luar negeri mau menerima uang bersangkutan. Satu-satunya cara untuk memperoleh sesuatu yang diperlukan adalah lewat penyelundupan.
“Duta Besar Indonesia di Jepang menyelundupkan gula. Mantan duta besar di Amerika menyelundupkan candu. Singapura, Bangkok, Hongkong, dan Manila merupakan empat kota penyelundup yang sangat bagus,” kata Soekarno.
Singapura merupakan lokasi bak tambang emas. Orang-orang Indonesia menguras tekstil di toko-toko di Negeri Singa itu, sehingga terkuak bahwa orang Inggris (saat itu Singapura dalam kekuasaan Inggris) korup dan mudah disuap dengan barang-barang selundupan yang dibawa dari tempat lain.
Tekstil yang dibawa dari Singapura di antaranya pakaian seragam militer. Untuk menghindari kecurigaan terhadap praktik penyelundupan dan kecurangan, sejumlah gudang penyimpanan perlengkapan militer di Singapura sengaja dibakar oleh oknum.
“Pada satu minggu satu kesatuan tentara (Indonesia) kelihatan mengenakan topi Kanada. Di bulan berikutnya kesatuan lain memakai baju (seragam) Inggris. Menyusul sukses kegiatan mereka, penyelundup besar kami beri bingkisan sebagai hadiah,” tambah Bung Karno.
Baca juga: Jusuf Wanandi Justru Berceramah Soal Soeharto pada Perwira Interogator
Dibantu orang India
Seorang pembesar di kabinet Bung Karno ada yang menyelundupkan 9 kg emas dan 300 kg perak dari Sumatera untuk pembayaran 20 ribu pakaian seragam. Orang yang melakukan perdagangan emas dan perak itu, juga menyelundupkan 8.000 ton karet adalah Dr AK Gani.