"Sebagai wujud gotong royong membangun bangsa, USK juga menyiapkan program afirmasi, memberikan beasiswa pendidikan kepada puluhan saudara sebangsa dari Papua. Bahkan juga disiapkan asrama sebagai tempat tinggal. Selain bisa belajar ilmu pengetahuan akademik, saudara sebangsa dari Papua juga bisa belajar banyak dari penyelesaian konflik Aceh. Sehingga kelak ketika lulus dan kembali ke Papua, para mahasiswa tersebut bisa menyebarkan virus perdamaian dan keamanan, sebagaimana kini sudah dinikmati masyarakat Aceh," jelas Bamsoet.
Ketua Umum Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB KODRAT) ini menerangkan, sebagai penghasil intelektual, USK juga senantiasa berkomitmen menjaga pluralitas kebangsaan.
Keberagaman, sebagaimana diajarkan berbagai ajaran agama, merupakan fitrah kehidupan yang tidak dapat diingkari.
Sejak mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara kesatuan yang hidup dalam kemajemukan budaya, suku, ras, dan agama, sejak saat itulah konsep kebhinekaan telah menyatukan segenap elemen bangsa dalam satu ikatan kebangsaan.
"Implementasinya memang tidak semudah membalikan telapak tangan.
Dalam kurun waktu tahun 2014 hingga 2019, SETARA Institut mencatat terjadinya 846 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama, atau rata rata 14 kali dalam satu bulan. Gambaran nyata bahwa ancaman terhadap kebhinekaan memang nyata. Menghadapinya, butuh gotong royong seluruh pihak, termasuk dari elemen perguruan tinggi," pungkas Bamsoet.