News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ahok Hapus Fasilitas Kartu Kredit Korporat karena Boros, Nusron: Lebih Baik Bongkar Mafia Migas

Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama. Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok hapus fasilitas kartu kredit korporat di pertamina karena boros, Nusron Wahid heran.

TRIBUNNEWS.COM - Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, perusahaan pelat merah itu tengah melakukan efisiensi.

Satu di antaranya dengan meniadakan fasilitas kartu kredit untuk dewan direksi, komisaris, senior vice president, hingga pejabat level manajer di Pertamina.

Ahok menyebut, kebijakan tersebut mulai berlaku sejak Selasa (15/6/2021) kemarin.

"Kebijakan itu berlaku untuk seluruh grup (Pertamina). Sejak kemarin (Selasa) berlaku," ujar Ahok saat dikonfirmasi Tribunnews, Rabu (16/6/2021).

Baca juga: Pemborosan, Ahok Hapus Fasilitas Kartu Kredit Korporat di Pertamina

Sebelumnya, tagihan seperti pemesanan tiket hotel, penerbangan, dan lain-lain menggunakan kartu kredit korporasi.

Setelah dihapus, Ahok menegaskan, nantinya tagihan-tagihan yang berkaitan dengan pekerjaan bisa diajukan langsung kepada perusahaan.

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memperlihatkan contoh kartu kredit korporasi, Rabu (16/6). (Ist)

"Intinya tidak perlu pakai kartu kredit korporasi. Silakan pakai kartu kredit pribadi saja. Jika ada hubungan dengan pekerjaan silakan minta ganti," tutur Ahok.

Ahok menyampaikan, penghapusan kartu kredit itu dilakukan untuk menghemat pengeluaran perusahaan.

Penghapusan kartu kredit dilakukan pada rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Senin (14/6/2021) kemarin.

Baca juga: Kontribusi Pertamina Kepada Negara Capai Rp 126,7 Triliun

"Toh tagihan kartu bisa maksimal 40 hari jika pakainya pas. Lagipula pejabat Pertamina ada staf yang urusan tiket, hotel, dan acara-acara. Kenapa harus direksi yang pegang kartu kredit?" imbuh Ahok.

Ahok menerangkan pemberian kartu kredit adalah pemborosan.

Terlebih, besaran limit kartu kredit yang dia terima sebagai Komisaris Utama nilainya cukup besar, bisa mencapai Rp 30 miliar.

Nusron Wahid Heran Ahok Urusi Kartu Kredit Korporat

Anggota Komisi VI DPR Nusron Wahid turut angkat bicara menanggapi pernyataan Ahok soal menghapus fasilitas kartu kredit untuk direksi Pertamina dengan limit Rp 30 miliar.

Nusron menilai, Ahok bersikap aneh karena melakukan kebijakan tersebut.

"Ada yang aneh dengan sikap Ahok karena biasanya selalu berpikir makro, luas, holistik dan tidak parsial, serta memudahkan untuk mecari terobosan agar perusahaan lincah meng-handle masalah. Tapi kali ini lain," kata Nusron, Rabu (16/6/2021), dilansir Tribunnews.

Baca juga: Di Tengah Pandemi, Pertamina Masih Bisa Raup Laba Rp 15 Triliun

Nusron yang pernah menjadi Ketua Tim Sukses Ahok di Pilkada DKI Jakarta ini menyarankan Ahok jangan terlalu mengurusi hal-hal kecil yang bersifat remeh temeh.

Menurut Nusron, pernyataan Ahok soal fasilitas kartu kredit bagi direksi Pertamina tidak masuk akal kalau sampai limit kartu kredit itu mencapai Rp 30 miliar.

Mantan Ketua Umum GP Ansor ini menyebut, kartu kredit substansinya dipakai untuk memudahkan para direksi manakala bertemu dengan stakeholder dan klien agar tidak diservis mereka.

Politikus Partai Golkar Nusron Wahid (Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda)

Jumlahnya pun, kata Nusron, pasti terbatas dan semua penggunaannya dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel.

"Tidak asal pakai. Lagian juga tidak semua plafon itu dihabiskan oleh direksi. Jadi angkanya tidak valid," terang tokoh muda NU ini.

Politikus Partai Golkar ini menyarankan agar Ahok kembali menjadi Ahok yang semula.

Yakni, sosok Ahok yang berpikir dengan terobosan besar dan strategis untuk kemajuan Pertamina.

Baca juga: Pertamina Tingkatkan Kinerja Untuk Menjaga Ketahanan, Kemandirian, dan Kedaulatan Energi Nasional

Seperti dulu banyak terobosan ketika memimpin Jakarta.

"Ahok itu kawan dan sahabat saya. Saya selalu belain dia tatkala susah. Tapi, please, kembalilah ke Ahok yang berpikir makro. Jangan ecek-ecek soal kartu kredit direksi diurus."

"Bongkar saja mega korupsi projek atau mafia migas yang menggurita, yang membuat harga BBM kita mahal dan Pertamina kurang efisien," kata Nusron.

(Tribunnews.com/Maliana/Dennis Destryawan)

Simak berita lain terkait Basuki Tjahaja Purnama

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini