TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga survei LSI Denny JA menyebut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berpotensi menjadi ketua umum PDI Perjuangan (PDIP) selanjutnya menggantikan Megawati Soekarnoputri.
Namun dengan catatan, Ganjar harus diusung oleh PDIP dan menang di Pilpres 2024 mendatang.
Peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, menilai PDIP dalam persimpangan lantaran melihat elektabilitas Ganjar yang lebih besar dibandingkan Puan Maharani.
Saat ini elektabilitas Ganjar diketahui 15,5% jauh lebih tinggi dibandingkan Puan yang hanya 2%.
"Kalau kemudian Megawati memilih Ganjar Pranowo (untuk capres 2024), kalau kita lihat secara potensi memang Ganjar memiliki potensi yang lebih besar dibanding Mbak Puan," ujar Adjie dalam rilis secara virtual, Kamis (17/6/2021).
Baca juga: Ganjar Pranowo Dinilai Lebih Potensial Menang di Pilpres 2024 Ketimbang Puan Maharani
Apabila nantinya Ganjar diusung dan berhasil memenangkan Pilpres 2024, Adjie melihat ada implikasi yang terjadi pada tubuh PDIP.
Bukan tidak mungkin, Ganjar akan menjadi ketua umum PDIP selanjutnya menggantikan Megawati Soekarnoputri.
"Maka yang pertama menjadi PR (pekerjaan rumah) adalah potensi Ganjar menjadi Ketua Umum PDIP berikutnya. Karena kita tahu Ganjar bukan baru di PDIP, beda sama Jokowi di 2014, Pak Jokowi memang kader atau bisa dibilang kader PDIP, tapi bukan orang struktural PDIP sendiri," jelasnya.
Potensi besar Ganjar memimpin partai berlambang banteng moncong putih terbilang besar lantaran sudah lama berada dalam struktur partai.
Yang bersangkutan juga memiliki nilai lebih, kata Adjie, karena pernah dua kali menjadi anggota DPR RI dari PDIP dan juga menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Hanya saja, Adjie melihat skenario itu masih memiliki hambatan. Dimana trah Sukarno masih ada dalam struktur PDIP, seperti Puan Maharani dan juga Prananda Prabowo. Sehingga pertanyaan yang muncul apakah Megawati rela PDIP dipegang oleh tokoh lain selain dari trah Sukarno.
"Sehingga memang, potensi Ganjar menjadi Ketua Umum PDIP berikutnya besar. Walau ini kita sebut ini sebagai potensi ya, terlepas bagaimana dinamika di internal PDIP itu akan masih menjadi PR PDIP sendiri," kata dia.
"Apakah rela atau bersedia, Ibu Mega atau Puan memberikan atau trah Sukarno-nya hilang dan digantikan oleh tokoh lain di luar trah Bung Karno?" tandasnya.