News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bursa Capres

Jadi King Maker, Airlangga Kantongi 3/4 Tiket ke Pilpres, Bagaimana Peluang Prabowo, Anies dan AHY?

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan kategorisasi capres "kelas premium" berlaku bagi capres yang memiliki elektabilitas di atas 25 persen.

Baca juga: Megawati Tak Bakal Maju, Prabowo Berpeluang Jadi Capres, Airlangga Bisa Capres atau Cawapres

Sementara dari hasil survei lembaga yang dibesut Denny JA itu, elektabilitas semua capres masih di bawah 25 persen.

”Semua capres yang namanya mengemuka ke publik, termasuk capres veteran Prabowo Subianto, elektabilitasnya di bawah 25 persen," kata Adjie dalam konferensi pers virtual, Kamis (17/6/2021).

Dari hasil survei LSI ada sembilan nama capres. Prabowo menempati urutan pertama dengan tingkat elektabilitas 23,5 persen. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyusul di posisi kedua dengan tingkat elektabilitas 15,5 persen.

Berikutnya ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan elektabilitas 13,8 persen. Lalu Sandiaga Uno 7,6 persen; Airlangga Hartarto 5,3 persen; Agus Harimurti Yudhoyono 3,8 persen; Puan Maharani 2 persen; Erick Thohir 1,9 persen; dan Pak Moeldoko 0,1 persen.

Adjie menjelaskan pihaknya membuat kategori capres kelas premium dengan batasan 25 persen. Angka 25 persen itu diputuskan lantaran LSI menilai ada kemungkinan empat capres pada 2024.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

”Jadi kita ambil 25 persen. Angka di atas 25 persen menunjukkan kandidat yang kuat. Karena itu dari hasil ini belum ada capres yang posisi elektabilitas di atas 25 persen," tegasnya.

Prabowo Teratas Tapi Lebih Rendah

Akan halnya dengan Prabowo Subianto, meski elektabilitasnya teratas dengan 23,5 persen, LSI menemukan data bahwa angka yang ada sekarang jauh menurun dibandingkan suara dukungan pada Pilpres 2019 yang lalu.

"Saat ini elektabilitas paling tinggi. [Tapi] jangan lupa ini sudah jauh merosot. Dukungan Prabowo sudah turun sekitar 20 persen dibanding suara 2019," ungkap Adjie.

Adjie juga mengungkapkan ada resistensi terhadap Prabowo dalam sejumlah isu setiap kali namanya dimunculkan dalam bursa capres. Salah satunya adalah kasus politik 1998 yang selalu menyeret namanya.

"Kasus politik 1998 terus dimunculkan. Kita tidak tahu siapa yang munculkan, tapi selalu muncul dan dikaitkan dengan Prabowo," ujarnya.

Selain itu, segmen pemilih Prabowo juga diprediksi akan berubah di Pilpres 2024. Hal ini dikarenakan banyak pendukung Prabowo yang merasa dikhianati begitu dia bergabung dalam jajaran kabinet pemerintah sebagai Menteri Pertahanan.

"Aura kekalahan beliau sudah tiga kali dan itu semuanya kalah, dan dalam percakapan publik 'Lu lagi, lu lagi' memang memunculkan satu pesimisme, satu hal psikologis yang sulit dibantah Prabowo karena aura kekalahannya sebagai capres [dan] cawapres," jelasnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini