News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Lonjakan Covid-19 Dinilai jadi Puncak Gelombang Pertama, Epidemiolog Minta Pemerintah Tarik Rem

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasien Covid-19 tiba di Asrama Haji Kota Batam, Kepulauan Riau, untuk menjalani karantina, Jumat (28/5/2021). Berdasarkan data Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Batam, jumlah warga terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Batam mencapai 8.752 orang, dengan perincian pasien sembuh 7.629 orang, meninggal 184 orang, dan dalam perawatan 939 orang. Tribun Batam/Argianto DA Nugroho

TRIBUNNEWS.COM - Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini adalah puncak dari gelombang pertama.

Menurutnya, ada banyak faktor yang membuat lonjakan kasus Covid-19 bisa terjadi.

Satu di antaranya, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang tidak efektif.

Baca juga: Darurat! Rem Lonjakan Kasus Covid-19, Muncul Opsi Lockdown Total, Jangan Kendor Protokol Kesehatan

Juga, karena penerapan testing, tracing dan treatment atau 3T yang kurang maksimal.

"Ini sudah jelas apa yang terjadi adalah akumulasi dari banyak faktor."

"Kebetulannya, kita menuju puncak dari gelombang pertama yang tadinya lama," kata Dicky, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Sabtu (19/6/2021).

Untuk itu, Dicky menilai pemerintah harus segera menarik rem darurat untuk menekan laju penularan Covid-19.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman (Tangkapan Layar YouTube Kompas TV)

Menurut Dicky, pemerintah harus segera memberlakukan lockdown atau lebih dikenal sebagai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Namun, ia mengingatkan, pemberlakuan PSBB harus selaras antara pemerintah pusat dan daerah.

Pasalnya, apabila hanya satu atau dua daerah saja yang memberlakukan PSBB, maka hasilnya kurang efektif.

"Jadi tindakan yang harus dilakukan sangat penting untuk membatasi lonjakan kasus ini dengan PSBB."

Baca juga: Daftar Klaster Penyebab Lonjakan Kasus Corona di Pulau Jawa, Ada Klaster Mudik hingga Perkantoran

"Tapi tidak serta langsung, karena harus bersamaan, tidak boleh dalam situasi pandemi ini misalnya Jawa saja."

"Kalau hanya satu dua daerah yang melakukan pengetatan, sama saja, tapi kalau bisa setara maka bisa lebih efektif," ungkap Dicky.

Ia juga menyampaikan, dampak pandemi di Indonesia akan lebih parah apabila PSBB tidak segera dilakukan.

Warga pengguna sepedamotor melewati baliho ukuran besar berisi informasi pemberlakukan PSBB Proporsional yang terpasang dilokasi strategis agar terbaca oleh warga di Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (14/06/2021). Menyusul peningkatan angka penyebaran Covid-19 di Bandung Raya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil akan mengatur kembali pengetatan sejumlah kegiatan dan aktivitas masyarakat. Pengetatan kegiatan masyarakat ini adalah konsekuensi dari peningkatan kasus Covid-19 di Bandung Raya. Rumah sakit di Bandung Raya dan Bodebek, merasakan dampak aktivitas libur Lebaran, yaitu mengalami lonjakan pasien Covid-19 yang meminta dirawat. Rata-rata berasal dari kluster keluarga yang didatangi pemudik. (Tribun jabar/zelphi ) (Tribun Jabar/ZELPHI)
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini