Apapun yang diarahkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai atasan saya, itu adalah penghargaan tak ternilai buat saya.Dimanapun tugas negara yang diperintahkan Presiden Joko Widodo saya akan menjalankan sebaik-baiknya. Meskipun saat ini saya tidak bisa menjawab iya dan tidak.
Saya diangkat 21 Oktober 2019. Sehari setelah Presiden Joko Widodo dan Pak Ma'ruf Amin ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden. Jadi surat pertama yang ditandatangani presiden itu Keppres kepada saya sebagai juru bicara presiden.Nah sampai dengan sekitar Januari, Februari, Maret, itu saya selalu mendampingi beliau terus menerus. Di dalam negeri, di luar negeri, sampai di dalam mobil itu mas, saya menyediakan dua koper.
Karena biasanya beliau, Jumat itu setelah rapat terbatas. Biasanya langsung mengajak ke luar kota atau ke luar negeri. Sampai hari Minggu-Senin sudah kembali kerja. JADI SAYA KOPER satu di mobil, satu diturunkan untuk dicuci. Nah itu ke dalam atau luar negeri. Pertama itu Papua-Maluku 8 kabupaten/kota. Suka karena berdekatan, tahu secara langsung apa yang dipikirkan beliau. Tapi memang di tengah pandemi kita mengalami kesulitan, karena praktis pertemuannya dengan webinar.
Jadi tidak langsung,sehingga gestur beliau beberapa hal tidak mendapatkan. Saya kerap mendapat bantuan dari Pak Pratikno dan Pak Pramono Anung. Dalam masa pandemi ini, komunikasinya itu agak bercabang.Sering kali, beliau lebih banyak melakukan rapat terbatas. Pak Setneg dan Pak Seskab biasanya. Saya minta apa saja yang dibicarakan.
Baca juga: Selama Jadi Jubir Presiden Jokowi, Hal Ini yang Kerap Bikin Fadjroel Rachman Sakit Kepala
Karena tugas saya hanya boleh berbicara setelah beliau berbicara. Tidak boleh sebelum presiden berbicara. Baik pidato, arahan, regulasi, baru saya boleh menyampaikannya.Jadi duka sebenarnya bukan karena tidak nyaman, tapi karena memang ada batasan karena covid. Apalagi sekarang kondisi berat, dulu Salat Jumat bisa bareng. Sekarang hanya berlima. Terakhir ini betul-betul karena beliau very very important person.
Sama halnya dengan kegiatan biasa, harus menyampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia, dengan beragam pendidikan, wilayah, dan yang lain-lain, sehingga pesan dari presiden kami olah untuk segmen-segmen tertentu.
Apa kesan yang Anda rasakan selama mendampingi beliau?
Presiden itu sangat hangat sebagai manusia dan sangat bersahabat. Selalu menghargai siapapun yang ada sekitar beliau. Tetapi kami tetap harus memperlakukan beliau sebagai presiden republik Indonesia.Saya memiliki logo di jas merah, adalah izin untuk mendekati beliau tanpa harus dihalangi sedekat mungkin. Berbisik boleh. Dan hanya pihak tertentu. Sikap itu hangat. Seperti tidak ada jarak.Tapi saya tentu perlu memperlakukan beliau seperti Presiden. Sangat hangat sebagai manusia.
Bagaimana Anda mengelola isu-isu negatif di periode kedua?
Di Istana ada Kemensetneg ada Seskab ada KSP, kami setiap pagi itu bersama-sama merumuskan satu narasi yang kita sebut sebagai narasi bersama atau narasi Istana. Didiskusikan isu apa yang akan ditanggapi, siapa yang menanggapi, dan bagaimana menanggapinya.
Tidak semua sebenarnya harus ditanggapi oleh saya atau Istana. Presiden Joko Widodo di periode kedua, beliau menciptakan ekosistem komunikasi dibagi. Ada yang istana, dan setiap Kemenko, Kementerian, Lembaga, memiliki juru bicara sendiri-sendiri.
Jadi diharapkan apapun yang ditanggapi oleh istana, hanya yang kebijakan presiden saja. Tapi yang sifatnya teknis disampaikan oleh Menko atau jubir, Kepala Lembaga atau Jubir Kepala Lembaga.
Komunikasi itu dipecah berdasarkan fungsinya masing-masing. Itu yang membantu kami lebih mudah menangani komunikasi di periode kedua. Di masa Pak Johan Budi belum ada pembagian seperti itu. Sering kali teman-teman wartawan menyerbunya ke istana.
Yang mestinya ditanyakan ke menteri atau kepala lembaga itu ditanyakan ke istana. Saya tugasnya memberitahu baiknya ini ditanyakan ke mana. Jadi kita bisa membantu wartawan sehingga mereka mendapatkan informasi sebaik-baiknya dengan materi lebih dalam.