Mahasiswa Universitas Trisakti menuntut reformasi pada 12 Mei 1998. Aksi demonstrasi ini kemudian berujung tragedi.
Hingga akhinya 2 bulan lebih tepatnya 70 hari setelah diangkat menjadi Presiden RI kembali, Soeharto memutuskan mundur dari jabatannya.
Palu Patah
Menurut Arwan Tuti Artha, penulis buku Dunia Spritual Soeharto, patahnya kepala palu di Sidang Paripura MPD ke-V memberi isyarat patahnya perjalanan Pak Harto di tengah jalan.
Harmoko dikenal sebagai sosok orang dekat sekaligus tokoh yang meminta Soeharto agar mundur dari jabatan presiden pada masa krisis moneter 1998.
Berkarir sebagai jurnalis hingga menjadi politikus terkenal bangsa Indonesia. Jejak pergulatannya di dunia wartawan selama 23 tahun mengantarkannya menjadi menteri penerangan zaman Presiden Soeharto.
Saat menjadi Ketua MPR RI Harmoko pernah meminta Soeharto mundur dari jabatan presiden karena desakan rakyat Indonesia kala krisis ekonomi moneter.
Harmoko juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar dari tahun 1993 selama 5 tahun.
Pendiri Harian Pos Kota
Karirnya sebelum terjun di dunia politik, pada awalnya Harmoko merupakan seorang wartawan dan kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka setelah lulus dari sekolah menengah.
Kemudian pada tahun 1964 mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ini juga pernah menjadi wartawan di Harian Angkatan Bersenjata.
Satu tahun berselang, kariernya semakin menanjak. Selain menjadi wartawan di Harian API, Harmoko juga dipercayakan sebagai Pemimpin Redaksi surat kabar berbahasa Jawa, Merdiko.
Lalu, pada tahun 1966 hingga 1968, Harmoko menjadi penanggung jawab Harian Mimbar Kita. Pada 16 April 1970 bersama rekan-rekannya, Harmoko mendirikan Harian Pos Kota.
Dalam rezim kepemimpinannya, oplah Pos Kota meningkat hingga mencapai 200.000 eksemplar pada tahun 1983.