News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Anis Matta Ingatkan soal 'Public Mood' yang  Bisa Berujung Pada Ledakan Sosial

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta memimpin rombongan DPP Partai Gelora berkunjung ke Museum Nahdlatul Ulama (NU) di Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (10/11/2020). Kunjungan ke Museum NU jadi cara Partai Gelora memperingati Hari Pahlawan. Surya/Ahmad Zaimul Haq

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Anis Matta mengingatkan pemerintah untuk mendalami situasi emosional masyarakatnya atau public mood terkait kondisi pandemi Covid-19 saat ini. 

"Temuan kita memang mengerikan. Takut, sedih, marah dan frustrasi, kira-kira itu semua yang mendominasi emosi publik atau publik mood saat ini," ujar Anis Matta dalam pernyataannya kepada Tribunnews.com, Minggu (10/7/2021). 

Anis Matta mengatakan, apabila hal itu tidak didalami, maka bisa saja semua ini akan berkembang menjadi ledakan sosial bahkan hingga krisis politik nantinya. 

"Penting bagi kita untuk mencoba  mendalami situasi emosional publik agar kita bisa mengetahui apa yang bisa kita lakukan secara lebih tepat, demi mencegah pandemi dan krisis ekonomi ini berkembang menjadi ledakan sosial. Apalagi berkembang menjadi krisis politik di kemudian hari," tegas Anis Matta. 

Dengan mengetahui public mood tersebut, diharapkan ledakan sosial tidak berkembang, apalagi menjadi  ledakan sosial yang tidak terkendali. 

"Jika ledakan sosial terjadi, akan membawa kita ke dalam krisis yang semakin susah untuk dikendalikan dan tidak ada satupun yang mengetahui kapan berakhirnya," ujarnya. 

Sementara itu Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun mengatakan, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia tahun ini dinilai publik lebih parah dibandingkan tahun lalu. Akibatnya, publik tidak percaya pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. 

"Mayoritas publik menilai kondisi Covid-19 semakin parah 49,7 persen, sama saja 29,3 persen, lebih baik 14,2 persen, tidak tahu atau tidak menjawab 6,8 persen," papar Rico. 

Rico meniilai, kasus Covid-19 semakin dekat dengan lingkungan sosial masyarakat. Beda hal dengan situasi tahun lalu. Bahkan semakin banyaknya ucapan duka cita yang menghiasi dunia maya. 

"Rasa-rasanya ini pula yang kita temukan di grup-grup Whatsapp, Telegram, itu setiap hari ada ucapan bela sungkawa, permohonan doa untuk segera sembuh," katanya. 

Melihat kondisi saat ini, relawan Kemenkes dr. Tirta Mandira Hudhi mengaku hanya bisa pasrah. Sebab, tenaga kesehatan (nakes) sudah maksimal dalam menangani Covid-19. 

Namun, masih banyak masyarakat yang tidak percaya Covid-19 dan menolak divaksin, akibat masih adanya polarisasi politik. 

"Pemerintah sekarang juga dalam kondisi bingung. Dikasih vaksin gratis ditolak, dikasih edukasi dibilang banyak omong. Emangnya yang protes-protes itu, punya solusi, nggak juga. Kalau ditanya mengenai kondisi saat ini, kita ya pasrah," kata dr Tirta. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini