“Mungkin berat untuk mencapai produktivitas 350 ton per hectare seperti Australia, tapi masak produktivitas kita bahkan masih jauh dari setengahnya,” kata Varhan.
Sisi kedua, kata Varhan, adalah meningkatkan produksi via pengerahan tenaga kerja ke sector tersebut. Varhan menunjuk data bahwa selama ini terus terjadi penyusutan lahan tambak garam.
Selama 2005-2019, data menunjukkan bahwa lahan tambak garam yang awalnya mencapai 33.625 ha, kini tinggal 27.048 ha. Dalam kurun waktu 14 tahun lahan garam telah menyusut 6.577 ha atau sekitar 20 persen!
“Jadi ada program khusus untuk memakai tenaga kerja menganggur karena pandemi dan turunnya ekonomi, ke sektor ini,” tuturnya.
Dengan bertambahnya angkatan kerja di sektor tersebut, ia berharap akan ada kenaikan lahan tambak garam secara alamiah.
Menurut Varhan, tenaga kerja di sektor ini masih jarang, yakni hanya sekitar 20 ribu orang. Pengerahan tenaga kerja ke sektor yang masih sangat menjanjikan itu akan mengurangi persoalan pengangguran secara signifikan.
Yang paling penting, menurut Varhan, saat ini pemerintah telah menunjukkan kepedulian yang tinggi untuk mengatasi persoalan impor garam yang menahun tersebut.
“Makanya saya katakan, usulan Pak Moeldoko untuk membina petani garam sebagai salah satu cara pengendalian impor, itu tak akan mungkin keluar tanpa ada jiwa patriot dalam dada beliau,” urainya.