News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Hakim Agung

Calon Hakim Agung Ini Ungkap Bikin Puisi Guna Teduhkan Terdakwa Kasus Bom Bali II

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon Hakim Agung, Eddy Parulian Siregar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Hakim Agung, Eddy Parulian Siregar mengaku sengaja membuat puisi saat menangani kasus Bom Bali II, pada 2006 silam.

Puisi itu ditujukan untuk meneduhkan para terdakwa karena sering melototi majelis hakim saat persidangan.

Eddy diketahui saat itu menjadi hakim kasus Bom Bali di Pengadilan Negeri Denpasar.

Hal ini diungkap Eddy saat menjalani Wawancara Calon Hakim Agung 2021 yang disiarkan di kanal Youtube Komisi Yudisial, Kamis (5/8/2021).

Ia mengatakan saat itu para terdakwa memandang hakim pengadilan sebagai thogut atau sesuatu yang disembah manusia selain Tuhan.

"Tidak kebetulan saya menangani Bom Bali I dan Bom Bali II. Saya sebagai saksi sejarah yang ikut menangani. Kami hakim di sana dipandang sebagai thogut," terang Eddy.

"Teman dalam pertimbangannya (putusan) ada juga memasukkan kitab, dibacakan teman di sana, tapi dipelototin," sambung dia.

Baca juga: Calon Hakim Agung Prim Haryadi Sebut Pidana Mati untuk Kasus Narkotika dan Korupsi Masih Dibutuhkan

Menghadapi kondisi tersebut, Eddy bersama anggota majelis hakim lainnya menyebut sepakat untuk membuat puisi guna meneduhkan mereka yang telah terpengaruh ideologi global tersebut.

Puisi yang Eddy buat berjudul 'Matahari Berdarah di Pantai Kuta'. Hakim lainnya juga membuat puisi dengan judul berbeda.

Puisi tersebut lalu dibacakan dihadapan para terdakwa sebelum putusan perkara. Ia mengatakan puisi itu mampu meneduhkan dan menenangkan para terdakwa, meski mereka dijatuhi hukuman mati atau seumur hidup.

"Saya berpikir bagaimana ini. Ideologi global masuk Indonesia, akhirnya ada beberapa hakim, sepakat untuk bikin puisi, untuk meneduhkan orang - orang yang pahamnya demikian," ucapnya.

"Judul puisi yang saya ciptakan adalah Matahari Berdarah di Pantai Kuta. Akhirnya mereka teduh, walaupun di hukum mati dan seumur hidup," ungkap Eddy.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini