TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin menilai pihak yang mengkaitkan perawatan dan pengecatan pesawat kepresidenan dengan bendera partai politik kampungan.
“Ada pergantian warna Pesawat Kepresidenan ya dari biasa Anda lihat putih biru, sekarang mau dibikin warna lambang negara merah putih, ada yang sakit perut, Lailahailallah, dibawa-bawa ke urusan politik, memang betul-betul kampungan,” kata Ali Mochtar Ngabalin, Kamis (5/8/2021) seperti dikutip dari Kompas.TV.
“Tidak ada hak paten orang dalam menguasai suatu warna, kok warna jadi persoalan, kok jadi dibawa ke presiden, kenapa presiden bikin merah putih, betul-betul kampungan banget sih lo,” kata Ngabalin menambahkan.
Dijelaskan Ngabalin, Pesawat Kepresidenan sudah berusia 7 tahun dan secara teknis memang harus menjalani perawatan.
Baca juga: Pengecatan Pesawat Kepresidenan Jadi Polemik, Kasetpres: Sudah Direncanakan Sejak 2019
Hal ini perlu dilakukan untuk keselamatan penerbangan Presiden Jokowi saat menggunakan untuk kunjungan kerjanya.
“Over all harus diperiksa, kemudian akan dicat lagi, dicat merah putih Pesawat Kepresidenan. Jadi persoalan kita memang banyak sekali tidak semua tokoh, pakar, atau yang mengklaim diri opinion leader itu menulis sesuka hatinya di media sosial mereka masing-masing,” ujar Ngabalin.
“Kenapa sih tidak tabayun, tidak klarifikasi, tanya dulu kek sesuka hati menulis kemudian ngerocos komentar sesuka hati. Kalau ditanya kita bisa jelaskan," kata Ngabalin menambahkan.
Ngabalin lebih lanjut menegaskan dan memastikan tidak ada anggaran Covid-19 yang terganggu dengan perawatan dan pengecatan pesawat kepresidenan.
Sebab, lanjut Ngabalin, anggaran untuk perawatan dan pengecatan pesawat kepresidenan sudah dianggarkan APBN sejak 2019.
"Memang beberapa jam ini menjadi viral, jadi pemberitaan di mana-mana, tapi tidak banyak tokoh, pihak yang mengerti tentang suatu masalah, kemudian ngomong nyerocos aja bebas di media sosialnya" ujarnya.
Menurut Ngabalin, pesawat kepresidenan itu memang sudah memerlukan perbaikan besar-besaran termasu menganti warna cat.
Termasuk, mengganti warna dari biru langit menjadi merah putih.
"Kalau mereka tahu bahwa pesawat kepresidenan ini sudah tujuh tahun, sudah sangat lama, jadi harus ada pemeriksaan, perbaikan besar-besaran," ujarnya.
Baca juga: Demokrat: Pemerintah Tidak Punya Empati, Pesawat Kepresidenan Dicat di Tengah Krisis
Kata Politisi Demokrat
Sebelumnya, akun twitter Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief tak henti-hentinya mencuitkan kritik pedas terkait rencana pemerintah mengganti cat pesawat presiden menjadi warna merah putih.
Kali ini, cuitannya berisi cerita mengenai Indonesia yang tak mempunyai pesawat kepresidenan selama 69 tahun hinga akhirnya memiliki pada 20014.
"Tahun 2014, setelah 69 tahun menyewa, akhirnya Indonesia memiliki pesawat kepresidenan," begitu cuitan dalam akun Twitter @Andiarief__ yang dikutip Kompas TV, Rabu (4/8/2021).
Cuitan itu berlanjut setelah Indonesia mempunyai pesawat presiden selama tujuh tahun dan kini catnya diganti dengan warna lain.
"Tahun 2021, setelah 7 tahun memiliki pesawat kepresiden, akhirnya Presiden mengecat pesawat itu dengan warna lain. Sangat sederhana," ujarnya.
Ia melontarkan candaan dalam cuitan tersebut, yakni menuliskan lirik lagu dari Ariel Noah.
"Strategi Ariel, menghapus jejakmu."
Penjelasan Istana
Istana Kepresidenan RI melalui Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, membenarkan jika pesawat kepresidenan akan dicat ulang menjadi warna merah putih.
Heru menyampaikan, perubahan warna cat pesawat kepresidenan tersebut dilakukan sesuai dengan warna bendera bangsa Indonesia.
“Sudah waktunya untuk diperbaharui. Pilihan warnanya adalah warna kebangsaan merah putih, warna bendera nasional,” kata Heru Budi Hartono melalui pesan singkat, Selasa (3/8/2021).
Di samping itu, Heru mengatakan pesawat kepresidenan juga akan melakukan perawatan besar karena usianya yang sudah mencapai 7 tahun.
“Pesawat itu sudah 7 tahun, secara teknis memang harus memasuki perawatan besar, overhaul. Itu harus dilakukan untuk keamanan penerbangan,” tegasnya.
Selain itu, Heru menambahkan pengecatan pesawat kepresidenan rencananya sudah dilakukan sejak 2019 dengan harapan dapat memberikan kebanggaan bagi bangsa dan negara.
“Perlu kami jelaskan bahwa alokasi untuk perawatan dan pengecatan sudah dialokasikan dalam APBN,” jelas Heru.
Kata Pengamat
Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman menegaskan, untuk perawatan dan pengecatan pesawat yang diberlakukan bukanlah usia jam terbang tetapi dari tahun kalender.
Atas dasar itu, sambung Gerry Soejatman, pesawat kepresidenan sudah saatnya mendapatkan perawatan dan pengecatan.
“Periode dihitung dari tahun kalender, bukan dari usia jam terbang,” tegas Gerry Soejatman, Rabu (4/8/2021).
“Kalau pesawat tiba di Indonesia dipakai Presiden sekitar 7 tahun yang lalu, sekarang sudah waktunya.”
Gerry Soejatman mengaku heran pesawat kepresidenan yang dilakukan perawatan dan pengecatan ulang menjadi polemik.
Lantaran menurutnya, perawatan dan pengecatan ulang pesawat kepresidenan merupakan hal yang wajar kendati dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Kalau kita liat dari maskapai di luar negeri mereka punya kebijakan untuk ngecat 6-7 tahun. Pabrik juga mengeluarkan kebijakan dengan periode yang sama,” tegas Gerry Soejatman.
Sumber: Kompas.TV/Tribunnews.com/Tribun Jateng