TRIBUNNEWS.COM - Istri mendiang WS Rendra, Ken Zuraida, meninggal dunia pada Senin (9/8/2021).
Kabar meninggalnya Ken Zuraida ini telah dibenarkan oleh penulis Noorca M Massardi.
"Betul (Ken Zuraida meninggal dunia). Saya terima kabar dari banyak sumber," tutur Noorca saat dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat, Senin.
Kabar duka ini juga dibagikan oleh putri Ken Zuraida, Maryam Supraba, lewat Instagram Story-nya.
Ia mengabarkan sang ibu meninggal pada Senin pukul 08.57 WIB di RS Antam Medika, Jakarta Timur.
Baca juga: KABAR DUKA: Istri Mendiang WS Rendra, Ken Zuraida Meninggal Dunia, Lola Amaria Merasa Kehilangan
Baca juga: SOSOK Anji, Musisi yang Ditangkap Polisi karena Dugaan Narkoba, Pernah Kuliah Sastra China di UI
Rencananya, Ken Zuraida akan dimakamkan di Bengkel Teater Rendra, Cipayung, Depok, Jawa Barat setelah Ashar.
"Innalillahi wa inna illaihi rajiuun. Telah meninggal dunia adik/kakak/ibu/tante/nini kami tercinta, Ibu Ken Zuraida binti Edi Suardi.
Wafat pada hari Senin pukul 08.57 WIB di RS Antam Medika.
Pemakaman di Bengkel Teater Rendra Cipayung, Depok, Jawa Barat, ba'da Ashar.
Mohon maaf atas segala kesalahan Almarhumah baik yang sengaja/tidak disengaja," tulisnya.
Profil Ken Zuraida
Dikutip dari Wikipedia, Ken Zuraida lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada 15 Mei 1954.
Ia merupakan aktris, sutradara, dan produser teater.
Mengutip Kompas.com, sejak kecil Ken sudah akrab dengan lingkungan pendidikan kebudayaan.
Karena selalu berada di lingkungan elitis dan lapisan di bawahnya, Ken tumbuh dengan kepekaan naluriah dan kecerdasan kebudayaan yang berlapis-lapis.
Baca juga: Hobi Melukis SBY selama PPKM jadi Sorotan, Karya Terbarunya Dibanjiri Pujian dari Warganet
Baca juga: Ada Novel dan Kumpulan Puisi, Ini 5 Rekomendasi Buku dari Harry Styles
Ken diketahui pernah menempuh studi di Universitas Padjajaran Bandung pada 1973.
Ia juga berkuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta di tahun 1974.
Ken mengakhiri masa lajangnya setelah menikah dengan WS Rendra pada 1976.
Sebelum menikah, Ken sudah terlibat aktif di Bengkel Teater Rendra sejak 1974.
Dilansir Tribunnews Wiki, Ken dan Rendra dikaruniai dua anak, Isaias Sadewa dan Maryam Supraba.
Selama 30 tahun lebih, Ken Zuraida mengorganisir keseharian Bengkel Teater Rendra dan mempraktikkan metode-metode latihan yang telah diajarkan WS Rendra.
Selama itu juga ia berkeliling ke setiap daerah dan hampir sebagian besar kota-kota besar di dunia.
Ken kerap menulis monologi dan memainkannya sendiri di festival monolog.
Tak hanya itu, ia juga menyutradarai dan memproduseri sejumlah pertunjukan pementasan teater.
Setelah WS Rendra meninggal pada 6 Agustus 2009, Ken melanjutkan pertunjukan Bengkel Teater Rendra sebagai produser dan sutradara.
Saat Ken sakit di tahun 2014, ia masih aktif menggarap karya pementasan berjudul Kalung Permata Barzanji.
Sebanyak 98 santri dari sembilan pesantren di Babakan Ciwaringin, Cirebon, berpartisipasi dalam pementasan tersebut.
“Ini merupakan karya sastra tertinggi di abad 12 yang melukiskan ketauladanan, keagungan Nabi Besar Muhammad SAW."
"Di Indonesia biasa dilantunkan dalam tradisi pesantren,” ungkapnya kala itu.
Setelahnya di tahun 2018, Ken membintangi film berjudul Lima yang merupakan produksi Lola Amaria.
Ia kembali berperan dalam film produksi Lola yang berjudul Riuh pada 2020.
Film Riuh ini dikerjakan Lola bersama Komite Penanganan Covid-19 dan Pemuliahn Ekonomi Nasional, Produksi Film Negara, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Kiprah kesenian Ken Zuraida:
- Tahun 1960-an teater kanak-kanak di lingkungan terbatas;
- Sejak 1975 berpentas sebagai Setyawati dalam Kisah Perjuangan Suku Naga produksi Bengkel Teater di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Selanjutnya dalam drama Egmont di Teater Terbuka, Taman Ismail Marzuki pada tahun yang sama;
- Tahun 1985 menangani artistik panggung di pentas baca sajak Rendra di gedung besar beberapa kota;
- Tahun 1986 artistik direktor pentas Panembahan Reso;
- Costume dan Set Designer's Rendra's adaptasi Hamlet 1990, TIM Jakarta;
- Tahun 1987 mengubah suasana gereja St. Ann di New York untuk pentas Selamatan Anak Cucu Sulaeman, lalu di Tokyo, Hiroshima, pentas berikutnya di kota besar di Indonesia dan th 1998 di Kwachon, Korea Selatan;
- Koreografer dan penari Nocturno, di Malang dan Bandung 1994;
- Produser bersama Rendra dan Agus S Sarjono, Internasional Puisi Indonesia tur ke Belanda, Jerman, Austria, Palestina, Maroko, Malaysia, Makasar, Bandung dan Solo, 2002;
- Menulis Wayang Plastik Drama Akarawa, penampilan di sekolah umum di Sumatera dan Jawa;
- Membaca puisi Brigitte Oleschinski TIM Jakarta, 2003;
- Sejak itu menangani pentas Oidipus Sang Raja serta pentas-pentas di luar negeri hingga Sobrat, 2005, di Graha Bhakti Budaya, Jakarta;
- Tenaga ahli artistik di beberapa pentas di Eropa, juga Asia;
- Sebagai pemain Nenek berusia 678 tahun dalam pentas berdua dengan Rendra Kereta Kencana memperoleh pujian di kota-kota besar Indonesia hingga Kuala Lumpur Malaysia;
- Menerjemahkan drama dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia untuk beberapa pentas grup drama di Indonesia;
- Menulis Monolog dan memainkannya sendiri pada festival Monolong di Taman Ismail Marzuki, 2005;
- Beberapa bulan menyutradarai Pementasan Teater Nyai Ontosoroh pada 2006, tapi tidak jadi tayang karena penyutradaraan kemudian digantikan oleh Wawan Sofwan pada tahun 2007;
- Menyutradarai pertunjukan naskah Mastodon dan Burung Kondor karya WS Rendra dan berpentas di tiga Kota, Jakarta (2011), Surabaya (2011), dan Bandung (2012);
- Menyutradarai pertunjukan keliling naskah Kalung Mutiara Barzanji, didukung oleh 98 santri dari 9 pesantren se-Babakan Ciwaringin Cirebon (2014).
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunnewsWiki/Anindya, Kompas.com/Baharudin Al Farisi/Jodhi Yudono)