“Bayangkan saja, seorang proklamator merendahkan dirinya dan mengiba-iba ke rezim untuk datang menemui sahabatnya,” ucap Hamdi.
Ada satu kisah kesederhaaan dan low profile yang mesti menjadi inspirasi tauladan dari sosok Bung Hatta. Ketika Hatta ditugaskan Soekarno berkantor di Bukittinggi tahun 1947-1949, dia senang jalan-jalan ke pasar.
Saat itu dia merasa lelah dan ingin naik bendi, tapi karena dia tidak memiliki banyak uang, dia tawar dokar tersebut sampai pengemudi bendinya marah-marah dan menghardik Bung Hatta, “Bapak, kalau tidak punya uang, ga usah nawar bendi saya. Jalan kaki saja”.
“Dia ga tau yang disuruh jalan sama dia itu wakil presiden. Tapi saat itu Bung Hatta tenang saja. Dia tidak marah dan tidak mengatakan bahwa dia adalah wakil presiden,” kisah Hamdi.
Ada peran yang sangat besar sekali dari seorang Bung Hatta dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia dan sebagai contoh seorang tokoh yang memiliki integritas. Sehingga jika orang di republik ini diminta untuk menyebutkan tokoh legenda yang berintegritas, itu adalah Bung Hatta.
“Itulah mengapa ada Bung Hatta Award yang diberikan kepada tokoh-tokoh anti korupsi. Artinya tokoh-tokoh berintegritas”, ucap Hamdi.
Hamdi juga berpesan kepada generasi muda agar memahami bahwa dibelakang tokoh besar pasti ada karakter yang kuat. Dan jika karakter bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka Bung Hatta adalah contoh pengamalan pancasila yang sudah paripurna.
“Anda mau cari apa? Sila satu sampai sila lima, semuanya ada di dalam diri Bung Hatta itu,” papar Hamdi.