TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengenakan pakaian adat saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR RI, Senin (16/8/2021).
Untuk diketahui, tiga dari empat kesempatan terakhir, Presiden Jokowi selalu mengenakan baju adat nusantara saat menyampaikan pidato Sidang Tahunan.
Pada 2017, Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Bugis, lalu di 2019 mengenakan baju adat Sasak NTB, dan 2020 lalu mengenakan baju adat Sabu, NTT.
Pada 2018 lalu, Presiden Jokowi mengenakan pakaian formal dengan balutan jas.
Kini, pada Sidang Tahunan MPR RI, Presiden Jokowi kembali mengenakan pakain adat dan kali ini adalah baju adat Baduy, Banten.
Baca juga: Pakai Baju Adat Suku Baduy, Presiden Jokowi Tiba di Kompleks Parlemen
Baca juga: Alasan Jokowi Pilih Pakaian Adat Baduy Dalam Pidato Tahunan Kenegaraan
Pakaian tersebut disiapkan oleh Jaro Saija, Tetua Adat Masyarakat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes, Leuwidamar, Banten.
Jokowi mengaku menyukai pakaian adat Baduy tersebut lantaran memiliki desain sederhana dan simpel serta nyaman dipakai.
"Busana yang saya pakai ini adalah pakaian adat suku Baduy. Saya suka karena desainnya yang sederhana, simpel, dan nyaman dipakai," kata Presiden Jokowi sebelum menutup pidatonya.
"Saya juga ingin menyampaikan terimakasih kepada Pak Jaro Saija, Tetua Adat Masyarakat Baduy yang telah menyiapkan baju adat ini," ucap Jokowi.
Lantas seperti apa pakaian adat Baduy Banten ini?
Baca juga: Presiden Jokowi: Pandemi Seperti Api
Baca juga: Jokowi Akui Kemandirian Obat Masih Lemah Selama Pandemi Covid-19
Untuk diketahui, Suku Baduy hidup bersama alam di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Mengutip laman Pemprov Lebak, wilayah Suku Baduy telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah daerah Lebak pada 1990.
Layaknya suku lain di Indonesia, Suku Baduy juga mempunyai baju atau pakaian adat.
Nama untuk pakaian adat yang dikenakan oleh masyarakat baduy laki-laki disebut jamang sangsang.
Baju inilah yang dikenakan Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Senin (16/8/2021).
Baju yang dikenakan Presiden Jokowi berwarna hitam, lengkap dengan topi serta tas koja.
Baju tersebut merupakan Baju Adat Suku Baduy Luar, dikenakan oleh masyarakat Baduy yang telah tercampur budaya dari luar.
Baju ini berlengan panjang dengan cara pakai hanya disangsangkan atau hanya dilekatkan pada tubuh.
Pakaian atau baju adat ini menjadi ciri khas masyarakat karena warna dan desainnya yang sederhana.
Mengutip laman Indonesia Kaya, ada dua warna pakaian dalam baju adat masyarakat Baduy, yakni putih dan hitam.
Baca juga: Bamsoet Bicara Vaksinasi Ideologi di Sidang Tahunan MPR 2021
Warna putih biasanya dikenakan oleh masyarakat Baduy Dalam yang belum terpengaruh budaya luar.
Suku Baduy Dalam sendiri merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya.
Warna putih pada baju diartikan dengan kehidupan mereka yang suci dan tidak terpengaruh budaya luar.
Sedangkan untuk baju warna hitam, biasanya dikenakan oleh masyarakat Baduy Luar, yang sudah terpengaruh budaya luar.
Pada bagian bawah atau celana, Suku Baduy hanya menggunakan kain biru kehitaman yang dililitkan pada bagian pinggang.
Celana ini diikat dengan selembar kain yang berfungsi sebagai ikat pinggang, sedangkan di bagian atas, kain ikat kepala digunakan sebagai penutup.
Baca juga: Live Streaming Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam Sidang Tahunan MPR
Pada ikat kepala, juga ada perbedaan warna, yakni putih dan biru tua.
Warna putih diperuntukkan bagi Suku Baduy Dalam sedangkan biru tua bercorak batik menjadi ikat kepala yang digunakan Suku Baduy Luar.
Suku Baduy juga memiliki tas tersendiri yang disebut dengan tas koja, tas yang tak terpisahkan dari Suku Baduy.
Tas ini terbuat dari kulit pohon terep dan tas ini berfungsi sebagai tempat menyimpan perlengkapan yang dibutuhkan oleh suku Baduy.
(Tribunnews.com/Tio)