Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI Budhy Setiawan menyarankan Kementerian Perekonomian turun tangan untuk mengatasi kebijakan yang tidak tegas di hulu dan hilir terkait industri perunggasan ayam potong dan petelur.
Satu di antarnya terkait produk ayam hidup dari integrator raksasa yang bertemu dengan produk milik peternak rakyat, dimana industri perunggasan ayam potong dan petelur telah mencapai swasembada.
“Integrator memiliki kekuatan modal dan teknologi, sementara peternak rakyat atau mandiri modalnya lemah. Produk keduanya berupa live bird atau ayam hidup, bertemu di pasar tradisional,” kata Budhy Setiawan, Rabu (25/8/2021).
Budhy mengatakan peternak rakyat tergerus dalam persaingan bisnis.
Bahkan kini mereka hanya menguasai 20 persen pasar ayam hidup.
Menurut Budhy, persoalan tersebut tak hanya terjadi di hilir.
Di hulu, terdapat masalah pakan dan bibit ayam (DOC).
Baca juga: Pengenaan PPN di RUU KUP Bisa Berdampak Buruk Pada Industri Perunggasan, Ini Penjelasannya
Saat ini misalnya, jagung bagi peternak langka dan harganya naik tinggi. Harga produksi jagung itu hanya Rp2.500-3.000 per kg, di pasaran bisa mencapai Rp5.900 karena langka.
Sementara Kementerian Pertanian (Kementan) enggan impor dengan dalih bisa memproduksi sendiri.
Menurutnya, untuk mengatasi kelangkaan jagung untuk peternakan, Kementan mengizinkan koperasi-koperasi untuk mengimpor jagung.
“Impor ini jelas, digunakan untuk kebutuhan peternak rakyat,” imbuhnya.
Baca juga: Wamendag: Perdagangan Sektor Perunggasan Harus Untungkan Masyarakat dan Pelaku Usaha
Pasalnya, jagung menyumbang 50 persen komponen pakan yang sangat mempengaruhi kualitas produk terutama untuk ayam petelur.
Budhy mengatakan nasib peternak rakyat tak menentu karena Kementan tidak menjalankan dengan baik aturan yang sudah bagus.