TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Viva Yoga Mauladi menjawab sindiran dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menyebut PAN kerap bermain di antara dua kaki dalam berpolitik.
Contohnya, ketika satu di antara pengurusnya menjadi menteri di kabinet Presiden Jokowi, tetapi kadernya justru kerap mengkritik Jokowi.
Menurut PSI, hal itu terjadi di periode sebelumnya ketika PAN berbeda pilihan politik dengan pemerintah.
Baca juga: PAN Gabung Koalisi Jokowi, Qodari: Karena Sudah Tidak Ada Amien Rais
Baca juga: PAN Resmi Gabung Koalisi Jokowi, Bima Arya: Ini Salah Satu Wujud Kebersamaan PAN Dalam Pemerintah
Menanggapi sindiran tersebut, Yoga menjelaskan, alasan PAN keluar dari koalisi pemerintah kala itu untuk menjaga moral politik.
"Jadi saya tegaskan, PAN keluar dari koalisi waktu itu adalah dalam rangka untuk menjaga fatsun dan moral politik."
"Karena dukungan pasangan calon di Pemilu Presiden itu berbeda. Oleh karena itu PAN pamit mundur karena berbeda pasangan calon," ungkap Yoga, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Jumat (27/8/2021).
Sementara, mengenai kritikan-kritikan yang kerap dilontarkan kader PAN, Yoga menganggapnya wajar.
Pasalnya, seluruh partai politik berhak untuk menjalankan fungsi konstitusional di DPR RI.
Untuk itu, Yoga membantah jika PAN kerap bermain 'dua kaki' dalam berpolitik.
"Jadi bukan soal itu (bermain dua kaki, red), tapi Karena PAN mengarah menjaga fatsun politik."
Baca juga: Elite PAN Tunggu Pernyataan Jokowi Soal Komposisi Koalisi
Baca juga: Tak Ada Pembahasan Reshuffle Kabinet Saat Jokowi Bertemu Parpol Koalisi
"Kalau soal fungsi kritisisme, saya rasa seluruh partai politik baik pendukung pemerintah maupun di luar pemerintah, sama-sama menjalankan fungsi konstitusional di DPR RI," ujar Yoga.
Yoga pun mengatakan, tidak ada hal yang aneh saat PAN bergabung dengan koalisi pemerintah.
Pasalnya, sejak zaman reformasi hingga pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PAN memang mendukung koalisi pemerintah.
"Jadi sebenarnya PAN menjadi partai koalisi pemerintah bukan hal yang aneh," ungkapnya.