TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan kondisi kasus Covid-19 di Indonesia membaik, meski sempat melonjak pada pertengahan tahun ini.
"Kita dan juga negara-negara lain di dunia menghadapi tekanan yang berat, tapi Alhamdulillah, perkembangan kasus harian di negara kita membaik," ujar Jokowi saat Peresmian Pembukaan Sarasehan 100 Ekonom Indonesia yang disiarkan kanal YouTube INDEF, Kamis (26/8/2021).
Presiden menjelaskan perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia beberapa bulan lalu.
Menurutnya, kasus harian mencapai 12.800 per hari pada Februari 2021. Kasus baru harian terus menurun sejak Februari hingga April, dan mencapai titik rendah pada 14 Mei 2021 dengan 2.633 kasus.
"Tetapi karena varian Delta, kemudian melompat naik dan di 15 Juli 2021 sampai 56 ribu kasus," ujar Jokowi.
Kepala Negara juga menyampaikan bahwa pemerintah mendapat masukan dari tim Epidemolog, agar terdahap ancaman varian Delta.
"Tim Epidemolog saat itu menyampaikan kepada saya, Pak hati-hati, karena ini bisa naik sampai 80 ribu, naik sampai 160 ribu kalau itu tidak bisa kita hentikan, akan bisa naik sampai 400 ribu," kata Jokowi.
"Tapi Alhamdulillah sampai di titik 56 ribu, ada penurunan (terus-menerus, Red)," kata Jokowi.
Selain penurunan pertambahan kasus harian, Jokowi juga menggambarkan penurunan dalam jumlah pasien yang dirawat, yang dilihat dari bed occupancy rate (BOR).
Jokowi memaparkan, pada akhir Desember 2020, BOR nasional berada pada angka 68 persen dan menurun hingga 29 persen pada Mei 2021.
Namun BOR kembali melonjak dengan tingginya penularan akibat varian Delta, sehingga pada 18 Juli 2021, BOR berada pada posisi 80 persen.
"Bahkan, ada beberapa rumah sakit BOR-nya mencapai 100 persen," katanya.
Presiden menjelaskan, pihaknya mengambil langkah dengan menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di hampir seluruh wilayah.
Tentunya, dengan harapan mengurangi penularan serta menjaga agar rumah sakit tidak kolaps.
"Dan Alhamdulillah BOR kita pada hari ini, BOR nasional sudah turun jadi 29 persen, ini patut kita syukuri," ucap Jokowi.
Kepala Negara mengatakan, kenaikan kasus ini merupakan tekanan yang berat. Tak hanya bagi Indonesia, namun juga negara-negara di dunia yang turut mengalami.
"Pandemi Covid 19 telah memaksa kita untuk mengambil langkah-langkah extraordinary, langkah-langkah luar biasa akibat situasi krisis yang multi dimensional. Langkah-langkah yang tidak pernah kita ambil sebelumnya bahkan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya," jelas Jokowi.
Kasus Mingguan Turun
Pada bagian lain, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid mengatakan, pada 24 Agustus 2021 laju penularan kasus aktif turun sebanyak 17.014 dari hari sebelumnya menjadi 273.750.
Kasus aktif nasional telah mulai konsisten menurun, sejak mencapai puncaknya di bulan Juli yang lalu. Angka kesembuhan juga naik lebih dari 35 ribu per hari.
Menurutnya, pemerintah bekerjasama dengan seluruh pihak telah menerapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang dilanjutkan dengan PPKM level 2, 3 dan 4 sesuai dengan dinamisnya perkembangan situasi di lapangan.
Baca juga: UPDATE Covid-19 Global 27 Agustus 2021: Tambahan Kasus Kematian Indonesia Masuk 3 Tertinggi Dunia
Sesuai dengan evaluasi mingguan, terjadi penurunan kasus 34 persen dibandingkan minggu sebelumnya.
"Penurunan kasus signifikan terutama terjadi di Provinsi Papua Barat, Maluku dan Jawa Tengah dengan persentase penurunan kasus tertinggi dibandingkan pekan sebelumnya," ujar dr Nadia saat menyampaikan perkembangan terkait situasi penanganan covid-19 secara nasional, Rabu (25/8/2021).
Dia menambahkan, penurunan kasus sangat berhubungan dengan jumlah orang yang diperiksa, sehingga pihaknya selalu mendorong provinsi/kabupaten-kota untuk terus meningkatkan testing di wilayah masing-masing.
Kementerian Kesehatan juga mencatat juga jumlah kematian mingguan menurun sebesar 16 persen dibandingkan minggu sebelumnya.
Meskipun begitu, dengan level yang masih tinggi secara nasional maupun provinsi/kabupaten-kota harus terus mewaspadai untuk mencegah terjadinya keparahan yang dapat berpotensi menyebabkan kematian.
"Pekan lalu kita mencatatkan angka testing rate sebesar 2.54 per 1000 penduduk per minggu," katanya. (Tribun Network/Fransiskus Adhiyuda/Rina Ayu/sam)