TRIBUNNEWS.COM – Saat ini, sampah menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Mengutip Kompas.id, McKinsey and Co and Ocean Conservancy menyebutkan produksi sampah Indonesia mencapai sekitar 175.000 ton per hari, 15 persennya adalah sampah plastik.
Ini membuat Indonesia berada pada peringkat nomor 2 sebagai penghasil sampah plastik terbanyak di dunia. Jika tidak ditekan sedini mungkin, Indonesia berpotensi menjadi negara kontributor sampah terbesar di masa depan.
Kondisi lingkungan memprihatinkan tersebut mendorong sekumpulan pemuda di Bangka Belitung untuk membuat aksi nyata pelestarian lingkungan, yakni Komunitas Bangka Environment Creative Activist of Kawa (BECAK).
Komunitas yang dibentuk dan berisikan para kelompok pemuda ini berfokus menjaga keasrian lingkungan sekitar.
Dengan berlandaskan kepedulian dan tujuan yang sama, komunitas BECAK Babel dibentuk pada November 2015 dan kini telah terdiri dari 27 orang pengurus, serta relawan peduli lingkungan sebanyak 213 orang dari berbagai latar belakang profesi.
Komunitas ini menjalankan misinya lewat berbagai kegiatan, salah satunya dengan mengedukasi masyarakat akan pentingnya melestarikan lingkungan.
Tak hanya itu, para aktivis dari BECAK Babel juga kerap kali mengadakan pelatihan seminar atau kajian mengelola lingkungan hidup.
Yang patut diacungi jempol, mereka juga proaktif menggandeng masyarakat melakukan pengolahan sampah dan aksi bersih (clean up) sampah pantai, juga berbagai aktivitas peduli lingkungan lainnya.
Inisiasi pengelolaan sampah terpadu
Komunitas BECAK juga melakukan langkah konkret lainnya, yakni melalui community development dan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan menjadi relawan anti Narkoba.
Tak hanya itu, BECAK Babel juga menjalin kerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk membuat Pusat Konseling Remaja.
Pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi oleh Komunitas BECAK Babel tak hanya dilakukan sendiri tetapi melibatkan pihak desa, karang taruna, mahasiswa KKN, sekolah dan berbagai instansi.
Lewat kerja sama dengan banyak pihak, komunitas ini berhasil menjalankan kegiatan pengelolaan sampah. Bahkan, mereka memiliki tempat pengelolaan sampah secara khusus atau bank sampah yang terletak di Sungailiat, Bangka.
Tempat pengelolaan sampah tersebut dinamai UPSO-K (Unit Pengolahan Sampah Organik).
"Di situ teman-teman aktif memberikan edukasi pengelolaan sampah, ada produksi kompos dan ada ternak belatung yang memakan sampah dan pencacahan sampah plastik., ujar Arinda Unigraha, Ketua Komunitas BECAK.
Proses yang dilakukan saat pengelolaan sampah ini terbilang cukup sederhana, yaitu dengan mengolah sampah organik menjadi kompos dan maggot yang biasa dijadikan bahan makanan untuk hewan.
Sementara itu, khusus untuk sampah anorganik akan didaur ulang menjadi produk bermanfaat, antara lain bahan baku industri daur ulang dan paving block yang terbuat dari sampah plastik.
Nantinya, pendapatan dari kegiatan pengolahan sampah ini akan digunakan untuk menjalankan aktivitas komunitas terutama dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan dan edukasi kepada masyarakat.
Gelar edukasi pengelolaan sampah hingga 40 kali setahun
Menurutnya, kegiatan edukasi serta pelatihan masih menjadi kegiatan yang sangat penting mengingat kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dan melestarikan lingkungan masih sangat minim.
Bahkan, untuk menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah, Komunitas BECAK Babel terhitung bisa mengadakan kegiatan edukasi dan pelatihan sebanyak 30 hingga 40 kali pelatihan dalam setahun.
Menurut paparan Arinda, kegiatan utama Komunitas BECAK Babel terdiri dari 80 persen pengelolaan sampah dan diikuti oleh kegiatan lingkungan lainnya sebanyak 20 persen.
Di luar kegiatan tersebut, Komunitas BECAK Babel juga rutin mengadakan kegiatan tahunan untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) setiap bulan Februari dan Word Cleanup Day (WCD) setiap bulan September.
"Harapan besarnya komunitas ini bisa jadi wadah untuk terutama generasi muda di Bangka Belitung yang memang punya ketertarikan di bidang lingkungan, bisa bergabung disini dan mengembangkan potensi dirinya dan karakter peduli lingkungannya bisa mengajak orang banyak di Babel ini aktif bersama-sama melakukan program peduli lingkungan," kata Arinda
Berkat segala kontribusinya terhadap lingkungan, Komunitas BECAK Babel terpilih untuk mewakili Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Jambore Indonesia Bebas Sampah Tahun 2016 di Solo, Tahun 2018 di Aceh dan Tahun 2019 di Bali secara berturut-turut.