TRIBUNNEWS.COM - Narasi bursa calon Panglima TNI pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto kembali mencuat.
Setelah Istana mengungkap kriteria yang pantas menjadi pilihan presiden, kini giliran 100 ahli berpendapat.
Seperti diberitakan sebelumnya, Istana melalui Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin buka suara terkait kriteria pemilihan calon pengganti Marsekal Hadi.
Ia mengutarakan apa saja yang menjadi pertimbangan presiden dalam memilih pucuk tertinggi tiga matra TNI.
Di sisi lain, hasil penelitian temuan survei opini 100 ahli juga diungkap oleh SETARA Institute soal calon Panglima TNI.
Setidaknya ada 100 ahli yang dipilih dan turut terlibat dalam proses survei ini dengan dominan mereka berasal dari akademisi kampus dan elemen masyarakat sipil (NGO / Ormas).
Baca juga: SBY Cerita Upaya Dirinya dan JK Wujudkan Perdamaian di Aceh
Inilah fakta-faktanya:
Istana Bocorkan Kriteria
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin buka suara terkait kriteria pemilihan calon pengganti Marsekal Hadi.
Menurutnya, selain calon yang kuat dalam penguasaan organisasi seperti kemampuan leadership dan manajemen, ada faktor lain yang menjadi pertimbangan pemerintah.
Yakni, calon tersebut bisa sejalan dengan program-program yang telah dijalankan pemerintah.
"Untuk menentukan pimpinan tertinggi TNI ada hal yang memang harus dipertimbangkan selain TNI telah melaksanakan pengembangan organisasi, yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi baik kemampuan manajemen, leadership dan lain-lain."
"Tetapi jangan lupa bahwa semua kebutuhan itu, baik dari sisi kebutuhan organisasi maupun sumber daya manusia (SDM) yang ada di organisasi militer, tentu setidaknya dia akan bisa sejalan dengan program-program pemerintah," kata Ngabalin, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Minggu (3/10/2021).
Ngabalin menjelaskan, dukungan yang sejalan dari calon panglima TNI penting untuk mewujudkan postur organisasi yang seimbang.