Raga sarira adalah badan kasar atau tubuh fisik manusia.
Suksma sarira adalah badan astral berupa pikiran, perasaaan, keinginan, dan nafsu.
Sedangkan antahkarana sarira adalah yang menyebabkan hidup atau Sanghyang Atma.
Ketika manusia meninggal, badan tidak dapat difungsikan lagi.
Sementara atma (jiwa/roh) yang sudah terlalu lama dalam tubuh dan dikungkung suksma sarira harus segera meninggalkan badan, karena jika terlalu lama, atma akan menderita.
Manusia yang telah meninggal dunia perlu diupacarakan untuk mempercepat proses kembalinya badan kasar ke sumbernya di alam, yakni panca mahabhuta: pertiwi (tanah), apah (air), teja (api), bayu (udara), dan akasa (ruang).
"Proses inilah yang disebut Ngaben," tulis I Nyoman Singgin Wikarman.
Jika Ngaben ditunda terlalu lama, rohnya akan gentayangan dan menjadi bhuta cuwil.
Demikian pula jika orang meninggal dunia dikubur di tanah tanpa upacara yang patut.
Hal itu disebabkan karena roh-roh tersebut belum melepaskan keterikatannya dengan alam manusia.
Maka, perlu diadakan upacara Ngaben bhuta cuwil.
Tujuan Upacara Ngaben
Tujuan upacara Ngaben adalah mempercepat ragha sarira agar dapat kembali ke asalnya, yaitu panca maha buthadi alam ini dan bagi atma dapat cepat menuju alam pitra.
Masih dikutip dari kesrasetda.bulelengkab.go.id, landasan filosofis Ngaben secara umum adalah panca sradha yaitu lima kerangka dasar Agama Hindu yaitu Brahman, Atman, Karmaphala, Samsara dan Moksa.