TRIBUNNEWS.COM - Berikut penjelasan mengenai penyebab suhu panas di Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menanggapi pesan hoax yang beredar diberbagai platform media sosial dan WhatsAap tentang Gelombang panas yang melanda Indonesia.
Selain itu, disebutkan suhu pada siang hari mencapai 40 derajat celcius sehingga dianjurkan untuk menghindari minum es atau air dingin.
Dilansir laman bmkg.go.id, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Urip Haryoko menegaskan indormasi tersebut adalah hoaks.
"Berita yang beredar ini tentu tidak tepat dan tidak benar (HOAX), karena kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak bisa dikatakan sebagai gelombang panas," ungkap Urip Haryoko, Jumat (15/10/2021) lalu.
Baca juga: BMKG Bantah Indonesia Dilanda Gelombang Panas, Jelaskan Penyebab Panasnya Suhu Belakangan Ini
Baca juga: 2 Faktor yang Menyebabkan Cuaca pada Siang Hari Akhir-akhir Ini Begitu Panas
Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.
Oleh karena itu, potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
BMKG memantau suhu tertinggi siang hari mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir.
Pada 14 Oktober 2021 tercatat suhu lebih dari 36 derajat celcius terjadi di Medan, Deli Serdang, Jatiwangi, dan Semarang.
Suhu tertinggi pada hari itu tercatat di Balai Besar BMKG Wilayah 1 di Medan yaitu 37 derajat celcius.
Namun, catatan suhu ini bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim maksimum di wilayah tersebut, masih dalam rentang variabilitasnya di bulan Oktober.
Suhu panas yang meningkat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Kedudukan semu gerak matahari di bulan Oktober
Pada bulan Oktober, kedudukan semu gerak matahari tepat di atas Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Dalam perjalannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.
Posisi semu matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi selama dua kali yaitu di bulan September atau Oktober dan Februari atau Maret.
Sehingga puncak suhu maksimum terasa di wilayah Jawa hingga NTT dan terjadi si seputar bulan-bulan tersebut.
2. Cuaca cerah
Cuaca cerah juga menyebabkan penyinaran langsung sinar matahari ke permukaan lebih optimal sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan.
Kondisi tersebut berkaitan dengan adanya Siklon Tropis "Kompasu" di Laut Cina Selatan bagian Utara yang menarik masa udara.
Selain itu pertumbuhan awan-awan hujan serta menjauhi wilayah Indonesia sehingga cuaca di wilayah Jawa cenderung menjadi lebih cerah berawan dalam beberapa hari terakhir.
Gelombang Panas
Gelombang panas terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menenga dan tinggi.
Sementara wilayah Indonesia terletaj di wilayah ekuator yang secara sistem dinamika cuaca tidak memungkinkan terjadinya gelombang panas.
Gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca (suhu) panas yang tidak biasa.
Biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO disertai oleh kelembapan udara yang tinggi.
Untuk dianggap sebagai gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, yaitu misalnya 5 derajat celcius lebih panas dari rata-rata klimatologis suhu maksimum.
Setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut-turut.
Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rata-ratanya dan tidak berlangsung lama makan akan dikatakan sebagai gelombang panas.
Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara persistem dalam beberaapa hari.
Baca juga: BMKG Bantah Indonesia Dilanda Gelombang Panas, Jelaskan Penyebab Panasnya Suhu Belakangan Ini
Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, terjadi pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menuju permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhunya meningkat.
Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain masuk ke area tersebut.
Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut.
(Tribunnews.com/Devi Rahma)
Artikel Lain Terkait BMKG